Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul, Misbahul Munir, Selasa (22/12/2009) mengatakan, pihaknya tidak bisa berbuat banyak terkait dengan lonjakan harga gula pasir. "Alokasi untuk operasi pasar jelas tidak ada, karena dananya sudah habis," katanya.
Menurutnya kenaikan harga tersebut adalah fenomena biasa ketika permintaan dari masyarakat melonjak. Bila permintaan turun, harga gula akan turun dengan sendirinya. Ia menghimbau kalangan perajin makanan dan minuman untuk menyikapi masalah tersebut dengan bijak. Salah satunya dengan tetap mempertahankan gula sebagai pemanis.
Di Pasar Bantul gula pasir dijual pada kisaran harga Rp 11.000-Rp 12.000 per kilogram. Para pedagang mengaku kenaikan terjadi selama seminggu terakhir secara bertahap. Kenaikan sekitar Rp 100-Rp 200 tiap harinya. "Kemungkinan kenaikan harga akan terus bertahan sampai pergantian tahun nanti," kata Sariman, salah seorang pedagang sembako di Pasar Bantul.
Dia mengaku tidak tahu pasti penyebab kenaikan. Menurutnya, pihak agen menaikkan harga tanpa alasan jelas. Mereka tidak menyebutkan alasannya kenapa. "Karena harga kulakan naik, mau tidak mau kami harus menaikkan harga eceran juga," ujarnya.
Di swalayan, kenaikan harga gula lebih terkendali. Di Mulia Swalayan misalnya gula dijual pada kisaran Rp 10.000-Rp 11.000 per kilogram. Hal itu membuat konsumen banyak beralih dari pasar tradisional ke swalayan. Kalau di pasar harganya lebih mahal, makanya saya memilih beli di sini. Lumayan selisihnya antara Rp 500-Rp 1.000 per kilonya. Kalau belinya banyak, selisihnya cukup signifikan," kata Laila (30), salah seorang konsumen di Mulia Swalayan http://regional.kompas.com/read/xml/2009/12/22/18451838/harga.gula.naik.pemkab.bantul.tak.akan.operasi.pasar .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar