Rabu, 24 Februari 2010

Sahabat atau Selingkuhan?

Bisa jadi Anda tidak menyadari, sahabat yang selama ini sangat Anda percayai sudah berubah status menjadi selingkuhan. Untuk lebih meyakinkan Anda, perhatikan beberapa tanda awal perselingkuhan yang berawal i persahabatan berikut ini.


Persahabatan sudah melewati batas bila Anda:
1. Menyentuh sahabat lelaki Anda dengan cara yang "penuh perhatian".
2. Sangat memperhatikan penampilan Anda ketika akan bertemu degannya.
3. Bertingkah seperti orang yang sedang jatuh cinta, misalnya teringat dia ketika mendengarkan sebuah lagu.
4. Bercerita lebih detail kepadanya tentang hari Anda dibandingkan dengan pasangan.
5. Tidak lagi merasa nyaman menceritakan tentang sahabat Anda ini kepada pasangan dan mulai menutup-nutupi hubungan Anda dengannya.
6. Mengalami ketertarikan secara fisik.

Hubungan Anda dan sahabat lelaki sudah benar-benar merupakan affair bila:
1. Anda lebih memilih berada bersama dia ketika Anda sedang merasa sedih, daripada berada bersama pasangan, keluarga atau sahabat-sahabat Anda yang lain.
2. Hubungan Anda dan dia menjadi lebih intim. Anda berbicara dengannya dengan nada menggoda atau manja.
3. Anda lebih memilih tempat dimana Anda bisa berdua saja dengannya.

Meski demikian, bukan berarti Anda tak boleh menjalin persahabatan dengan lawan jenis. Persahabatan itu aman dari perselingkuhan asalkan Anda mampu membentengi diri dengan cara:
1. Selalu jujur pada pasangan Anda. Berbagilah dengannya tentang harapan, keberhasilan, dan kegagalan Anda, juga mengenai ketertarikan dan godaan yang Anda hadapi.
2. Luangkan waktu berdua dengan pasangan secara reguler.
3. Bergaulah dengan pasangan-pasangan yang selalu bahagia dan tidak pernah melakukan hal-hal bodoh seperti perselingkuhan. Mempunyai "role model" dalam kehidupan Anda dan pasangan akan menjaga Anda untuk tetap setia.

Tanda-tanda Lelaki Hanya Ingin Seks

Perempuan harus lebih berhati-hati memilih pasangan, karena ada sekelompok laki-laki yang hanya ingin memuaskan hasrat seksual kepada pasangannya, namun enggan berkomitmen. Berikut beberapa tanda yang harus diwaspadai:


1. Waspadai chatroom

Jika dia hanya mau berkomunikasi dengan Anda via chattroom, email, atau pesan-pesan pendek di ponsel, bisa jadi dia tidak serius dengan hubungan yang Anda jalani berdua. Berbicaa hanya melalui teks, menunjukkan dia tidak ingin diinterupsi, dan tidak mau mendengarkan Anda.

2. Mendeskripsikan diri sebagai orang bebas

Sejak awal menjalin hubungan, dia seringkali menyatakan diri sebagai orang bebas, dan tak suka terikat dalam komitmen. Menemui lelaki tipe ini, tak usahlah berharap banyak dia akan berubah seiring waktu. Bila Anda memang ingin serius, jangan coba mengorbankan waktu dan perasaaan Anda untuk orang ini.

3. Selalu berkencan di tempat yang sama

Anda perlu waspada jika dia selalu mengajak Anda makan malam di tempat yang sama. Hal itu menunjukkan banyak hal; pertama, ada kemungkinan dia 'aman' di tempat itu, di restoran lain, bisa saja dia sudah nyaman dengan perempuan lain. Repetisi itu juga menunjukkan dia hanya menyukai tempat yang sudah dikenalnya, dan tidak berusaha mendengarkan kemauan Anda.

4. Terlalu murah janji
Di awal-awal hubungan, dia sudah mulai merayu Anda dengan menceritakan betapa indahnya berumahtangga, berbulan madu, dan memiliki anak-anak. Intinya, dia hanya ingin segera membawa Anda ke tempat tidur!

5. Mengajak kencan tanpa direncanakan

"Sayang, tiba-tiba aku kangen kamu. Kujemput sekarang ya, kita makan malam," ujarnya di telpon menjelang tengah malam. "So sweet.. berarti dia benar-benar merindukanku" salah besar jika Anda berpikir demikian. Jika memang dia serius, dia akan merencanakan janji kencan, bukan mengajak Anda bertemu secara tiba-tiba. Lagipula, waktunya tidak tepat, menjelang tengah malam. Toh, bila dia benar-benar kangen sekalipun, masih ada esok hari untuk berjumpa.

6. Menghindari pembicaraan pribadi
Bila dia hanya ingin bersenang-senang dengan Anda, dia tak pernah memberikan kesempatan untuk berbicara soal pribadi, keluarga, dan teman-teman Anda. Setiap kali berkencan, topik pembicaraan hanya berkisar soal film-film terbaru, musik, atau jadwal pertandingan Liga Champion.

7. Menutup diri
Dia tak pernah memperkenalkan Anda pada teman-teman dan keluarganya.

8. Selalu mengarah pada kedekatan fisik

Tanda paling jelas bahwa dia hanya menginginkan tubuh Anda adalah, setiap saat, pembicaraan dan sikap tubuhnya selalu mengarah pada seks. Dia selalu ingin memeluk, tangannya 'nakal', bicaranya 'kotor'. Sudahlah, lebih baik menyingkir dari lelaki ini!

Hati-hati Selingkuh Hati!

Selingkuh seperti sebuah kecelakaan tak disengaja yang lalu dinikmati efek 'tabrakannya'. Seperti juga mencuri mangga tetangga terasa lebih nikmat daripada beli sendiri. Begitulah kira-kira perumpamannya. Ada rasa takut yang menyelip tetapi nikmat, seperti adrenalin yang berpacu di dalam tubuh.

Lalu, muncul di sesela hati tentang perasaan lain, mulai membeda-bedakan apa yang didapat di dalam rumah dengan yang didapatnya di luar rumah. Ada perasaan hangat teraliri dalam tubuh karena merasa diperhatikan, lalu parahnya timbul perlahan rasa takut kehilangan pada orang yang salah. Aneh? Tidak juga.

Fenomena selingkuh memang sudah makin merajai di kalangan wanita bekerja. Di tengah himpitan beban pekerjaan yang menumpuk, tak lagi intens membuka komunikasi dengan suami dan hanya sebatas membahas hal-hal penting saja, tentang anak atau keperluan rumah tangga, ditengarai sebagai pemicu terjadinya perselingkuhan.

Tak dipungkiri, wanita butuh mengungkapkan perasaan mereka dan curhat menjadi sarana yang tepat. Dimulai dari sekedar makan siang bersama sahabat pria, curhat tentang pekerjaan lalu makin akrab dan tak sadar telah melanggar batas-batas yang ada, menjurus pada persoalan pribadi.

Memang betul pepatah yang mengatakan, terlalu berlebihan itu memang tidak baik. Begitu juga saat curhat, jika dosisnya berlebihan dan terus berkembang ke arah obrolan mesra, berhati-hatilah. 'Bahaya curhat' mengintai saat Anda dan pasangan selingkuh mulai main kucing-kucingan, bertemu dan berkomunikasi di jam-jam yang telah disepakati bersama. Tak dipungkiri makin canggihnya teknologi yang memberi kemudahan komunikasi tanpa batas, baik lewat sms atau chatting di 'kotak pesan', para selingkuhers berlomba-lomba melakukan dosa indah. Acara 'kopi darat' pun jadi semakin lancar jaya.

Kondisi inilah yang lalu memunculkan emotional affair atau dalam istilah umumnya, selingkuh hati. Hal ini terjadi karena kita merasa memiliki 'chemistry' dengan pria selain pasangan. Bukan tentang berbagi kenikmatan bersetubuh saja, tetapi lebih karena hati dan perasaan yang terlibat di dalamnya. Sensasi 'cinta terlarang' yang menggelora itu bahkan sama dengan kenikmatan saat intim. Inilah yang kemudian diistilahkan dengan head sex.

Konon banyak orang mengatakan bahwa pria lebih senang melakukan perselingkuhan tubuh tanpa melibatkan hati (no hard feeling). Sedang wanita sebaliknya, cenderung melibatkan perasaan mereka. Hal ini tentu saja berdampak parah bagi wanita. Saat wanita disibukkan dengan khayalan dibuai 'cinta terlarang', para prianya malah merasa biasa-biasa saja.

Tak dipungkiri juga, saat pria intens membuka komunikasi dengan sahabat perempuannya, para pria itu menyelipkan hidden agenda yaitu curhat berakhir sesi 'get laid' dengan sahabat perempuan. Fatalnya, jika ini sudah terpenuhi maka gairah perselingkuhan itupun tak lagi membara. Sementara di lain sisi, wanita sudah terlanjur melibatkan hati dan emosinya, hingga semakin sulit melepaskan dan timbul rasa ingin memiliki. Gotcha!, inilah akibatnya, para wanita itupun lalu terjebak dalam hubungan tanpa status.

Lalu, jika Anda sudah terlibat selingkuh hati, apakah lebih baik mengakui hal ini kepada pasangan atau lebih baik diam? Jawabannnya, tergantung pada situasi dan niat. Jika ingin tetap mempertahankan cinta terlarang itu, maka perkawinan Anda beresiko bubar jalan. Namun jika memilih mengakui cinta terlarang itu hadir dalam perkawinan Anda dan pasangan, maka konsekuensinya pasangan Anda akan kecewa dan itu tugas Anda untuk menyembuhkan luka hatinya.

Bila Anda memilih mengakhiri 'cinta terlarang' itu, ada baiknya segera hentikan semua bentuk tindakan yang mengarah pada penunjukan rasa sayang, seperti ngobrol mesra atau janji kencan. Bicarakan hal ini dari hati ke hati dengan pasangan. Saat melakukan 'pengakuan dosa', pertimbangkan juga momen yang tepat dan kesiapan mental pasangan, ini mencegah agar tak menimbulkan masalah baru. Dengan kepala dingin, Anda dan pasangan bisa saling instropeksi dan mencari win-win solution.

Selingkuh hati adalah 'alarm pembangun'. Saat mulai terjadi ketidakberesan dalam perkawinan Anda, alarm itu akan berbunyi. Agar alarm peringatan itu tak berbunyi, mulailah ciptakan kebersamaan dan keterbukaan dengan pasangan setiap saat. Sebagai contoh, Anda bisa meluangkan waktu sejenak setelah pulang kantor untuk bermanja-manja dengan pasangan.

Perlu Anda ketahui, selingkuh apapun itu jenisnya adalah bentuk pelarian sesaat. Selingkuh hanyalah milik pengecut yang tidak bisa menerima kenyataan hidup. Sebelum berujung menyakitkan hati Anda, teman selingkuh Anda, dan masing-masing pasangan, segeralah perselingkuhan itu diakhiri. Anda tentu tidak akan mau 'terbakar' kan?, jadi jangan pernah 'bermain api'.

Rp 8 M Tunjangan Guru Diduga Diendapkan

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Barat, Jumat (19/2) lalu berhasil mengungkap kasus pengendapan dana tunjangan ribuan guru di kabupaten itu yang jumlahnya mencapai Rp 8 miliar. Pihak Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Daerah (DPKKD) yang diduga kuat sengaja mengendapkan uang itu, akan ditindak tegas oleh Bupati Aceh Barat, Ramli MS.

Menurut Bupati Ramli MS kepada Serambi, Minggu (21/2), terungkapnya dugaan pengendapan miliaran rupiah dana tunjangan fungsional guru itu saat dirinya melakukan pengecekan mengapa hak para guru belum juga disalurkan.

Diakuinya, selama ini ribuan guru di Aceh Barat telah mempertanyakan mengapa dana tersebut belum juga disalurkan. Setelah dicek Bupati Ramli ke DPKKD Aceh Barat, ternyata Rp 8 miliar dana guru yang bersumber dari APBN tahun 2009 itu mengendap di dinas tersebut.

Mengendapnya uang para “pahlawan tanpa tanda jasa” itu di DPKKD setempat, membuat Bupati Ramli curiga bahwa itu merupakan unsur kesengajaan pihak DPKKD untuk membuat pemerintahan Ramli-Fuadri dibenci oleh guru. “Kasus ini tidak akan saya tolerir. Jika nanti benar-benar terbukti ada unsur kesengajaan, maka kepala dinas terkait dalam kasus ini akan saya copot dan diberikan sanksi tegas,” ujar Ramli.

Menurut Bupati Ramli, dana Rp 8 miliar itu seharusnya telah diterima para guru pada awal Januari lalu, namun karena diduga diendapkan oleh DPKKD, makanya banyak guru yang mempertanyakannya. Padahal, pihak dinas pendidikan (Disdik) setempat telah mengeluarkan surat perintah untuk membayarkan uang tersebut kepada para guru yang berhak. Namun, pihak DPKKD mengaku belum menerima surat tersebut.

Bupati menilai hal itu sangat aneh, karena dana tunjangan fungsional guru tersebut memang sudah tersedia, tapi malah diendapkan, sehingga terindikasi ada niat tidak baik dari pihak DPKKD, sehingga Ramli dicurigai ada pihak yang sengaja bermain.

Oleh karenanya, Bupati Ramli menyatakan akan menindak tegas siapa saja yang terlibat dalam kasus dugaan pengendapan dana guru sebesar Rp 8 miliar itu, sekaligus akan mencopot kepala dinas yang dinilai terlibat. “Pokoknya salah satu dari kepala dinas ini akan saya copot, karena gara-gara mereka membuat para guru mengeluh,” tukas Bupati Ramli.

Ia menginstruksikan agar dana para guru yang diduga diendapkan itu segera dibagikan kepada guru, sehingga hak para guru itu bisa segera mereka nikmati. “Jasa guru harus dihargai dan hak mereka tak boleh ditahan,” ujar Ramli yang berlatar belakang sebagai tenaga kependidikan
http://www.surya.co.id/2010/02/23/rp-8-m-tunjangan-guru-diduga-diendapkan.html

Gubernur Marah CPNS Semibugil, Walikota Batu Ditegur

MUI Minta Tempat Tes Ditinjau. Tes kesehatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kota Batu di RST Soepraoen Malang, yang mengharuskan peserta tes semi telanjang, langsung disikapi serius oleh Pemprov Jatim. Bahkan Gubernur Soekarwo sempat marah usai membaca berita tersebut.

Pemprov menilai, pemeriksaan kesehatan terhadap CPNS sebagaimana yang dilakukan Rumah Sakit Tentara (RST) Soepraoen terlalu detail dan terkesan menggunakan standar tentara. “Mestinya tak perlu terlalu detail seperti itu, ini kan tes untuk CPNS yang pesertanya dari kalangan sipil. Makanya setelah membaca berita tersebut, Gubernur sempat marah dan minta itu dievaluasi,” ujar Asisten III Bidang Kesra Setdaprov Jatim, Hary Soegiri kepada Surya, Selasa (1/12).

Mendapat perintah demikian, pihaknya, kata Hary, langsung mengklarifikasi kasus tersebut ke Pemkot Batu. Setelah mendapat penjelasan dari Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Batu, Pemprov minta agar Pemkot Batu memberi penjelasan langsung ke media. “Pak Eddy Rumpoko (Wali Kota Batu) sendiri katanya yang akan menjelaskan. Jadi, semuanya sudah clear,” jelas Hary.

Meski demikian, agar hal yang sama tidak terulang, Pemprov minta tes kesehatan penerimaan CPNS tahun-tahun mendatang harus dilakukan di RSU milik pemerintah dan bukan di RS militer.

Hal itu dinilai penting, agar standar pemeriksaan tes kesehatan CPNS antara daerah satu dengan lainnya sama.
Seperti diberitakan Surya edisi Selasa (1/12), belasan perempuan CPNS Kota Batu terkaget-kaget ketika mengikuti tes kesehatan, karena selain harus berhadapan dengan dokter pria, mereka juga diminta dalam keadaan separo telanjang.

Belasan perempuan itu merupakan CPNS yang diterima pada rekrutmen 2008 lalu dan akan diangkat menjadi PNS Kota Batu tahun ini. Tes kesehatan itu merupakan salah satu syarat pengangkatan. Tes itu digelar di Rumah Sakit Tentara (RST) Soepraoen di Kota Malang, Senin (30/11).

“Sebelum tes kesehatan kulit dan kelamin itu, kami sudah diberitahu agar melepas semua pakaian kecuali bra dan celana dalam. Setiap kelompok terdiri dari 10 orang, dan kami disuruh berjejer saat memulai pemeriksaan,” aku seorang pegawai honorer Batu yang meminta namanya dirahasiakan karena malu urusan bugil ini dipublikasikan media.

Hal yang sama juga dikeluhkan seorang guru di salah satu SMA di Kota Batu, sebut saja Bunga, yang juga mendapatkan cara tes kesehatan yang dinilainya tidak sopan.

“Ya sepanjang pemeriksaan saya bersama 9 teman CPNS lain sudah biasa masuk ruangan dan membuka pakaian bagian atas bersamaan untuk foto rontgen,” kata CPNS perempuan lainnya.

Namun alangkah kagetnya ia ketika disuruh masuk dalam bilik pemeriksaan kulit dan kelamin secara bersamaan dalam keadaan setengah bugil. Mereka hanya boleh menggunakan bra dan celana dalam. “Saya tetap menjalaninya, karena berpikir tak masalah setengah telanjang, karena yang memeriksa paling dokter cewek. Tapi alangkah kagetnya ketika di dalam ternyata dokternya laki-laki, saya malu sekali,” akunya.

Sekretaris Pemeriksaaan Kesehatan RST Soepraoen, dr Gaguk Prasetya, mengatakan tes kesehatan yang mereka lakukan di RST sudah sesuai prosedur dan diberlakukan sama untuk seluruh pasien mulai dari tes kesehatan untuk Korps Wanita Angkatan Darat, perwira wanita, hingga PNS.

“Dan di RST kami hanya tersedia satu dokter kulit dan kelamin yang kebetulan memang laki-laki. Apalagi tak ada aturan di RST ini yang mewajibkan jika pasien wanita harus diperiksa oleh dokter wanita juga,” beber Gaguk.
Ditambahkan, dalam proses pemeriksaan, semua dokter bersikap profesional dan tak pernah berniat melecehkan pasien. Pemeriksaan bagian dalam, juga dokternya laki-laki.

Walikota Ditegur

Wali Kota Batu Eddy Rumpoko mendapat teguran tertulis dari Wakil Gubernur (Wagub) Jatim Saifullah Yusuf mengenai pelaksanaan tes kesehatan CPNS tersebut. Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Batu, Soendjojo membenarkan Pemkot Batu melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu, telah menerima teguran dari Wagub Jatim itu.

Soendjojo mengatakan, Kepala Dinkes Kota Batu telah ditelepon langsung oleh Kepala Dinkes Jatim atas instruksi dari Wagub. “Intinya, mempertanyakan mengapa sampai terjadi peristiwa tes kesehatan peserta dalam kondisi setengah telanjang. Padahal, Pemkot Batu sendiri juga tidak tahu bagaimana persisnya kejadian itu. Oleh karena itu, pemkot akan memanggil kepala Badan Kepegawaian untuk menanyakan hal itu,” kata Soendjojo.

Pemanggilan Badan Kepegawaian itu untuk mengonfirmasikan pelaksanaan tes kesehatan yang meresahkan peserta tes CPNS.

“Seharusnya, badan kepegawaian berkoordinasi lebih dulu sebelum mengambil keputusan tentang tes kesehatan di Rumah Sakit Tentara Soepraoen Malang,” ujarnya.
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Batu meminta Pemkot Batu lebih selektif memilih Rumah Sakit (RS) yang menjadi rujukan untuk tes kesehatan CPNS tahun depan. Tujuannya agar tak terjadi lagi kekacauan dalam kelompok CPNS yang merasa tak nyaman jika harus disuruh membuka aurat mereka.

“Memang dari segi kedokteran itu tak menjadi persoalan besar, tetapi tentunya tim medis juga harus memperhatikan norma-norma susila yang ada. Dan sisi moral pun harus menjadi prioritas bagi lembaga di Pemkot Batu untuk menentukan RS mana yang baik dan tepat untuk pemeriksaan kesehatan,” kata Ketua MUI Kota Batu, KH Nur Yasin Muhtady, Selasa (1/12).

Dikatakan, dalam ilmu Fiqih memang untuk alasan kesehatan dan pengobatan, wanita diperbolehkan memperlihatkan aurat mereka. Tetapi perlu dicatat yang diperiksa hanya bagian tertentu yang sakit saja yang boleh dilihat. “Tetapi jika langsung disuruh setengah telanjang itu jelas menyalahi norma.

Saya harap ke depan Pemkot bisa lebih bijaksana memilih RS untuk tes PNS. Jika di tempat lain saja tes kesehatan tanpa harus melalui proses setengah telanjang kenapa Batu tidak mengikuti aturan yang sama juga,” jelasnya.

Sementara itu Wakil Wali Kota Batu, HA Budiono mengaku telah mendapat laporan lisan dari dinas terkait, termasuk Dinas Kesehatan. Kepada Budiono, Kepala Dinas Kesehatan, Wiwik Sukesi mengaku pihaknya tak pernah diajak berkoordinasi terkait penunjukan tempat tes kesehatan bagi CPNS 2008. “Tampaknya ini murni keputusan BKD Batu, untuk itu kami akan mempelajarinya lebih lanjut,” aku Budiono.

Wali Kota Batu Eddy Rumpoko juga berjanji akan melakukan evaluasi ulang tentang RS yang nantinya akan dirujuk untuk pemeriksaan tes kesehatan CPNS Batu tahun berikutnya. “Tentunya keputusan RS mana yang akan menjadi rujukan akan kami sesuaikan dengan anggaran yang tersedia,” tandasnya.
Direktur RST Soepraoen, Kolonel CKM Dr Bambang Budi Wiryawan Sp THT memastikan tak ada kesalahan prosedur atau pelanggaran kode etik profesi dokter dalam proses pemeriksaan kesehatan CPNS Kota Batu.

Pemeriksaan penyakit kulit dan kelamin yang dilakukan pada CPNS menjadi proses yang wajib dilakukan untuk memastikan subyek tes bebas atau tidak menderita penyakit yang dimaksud. Hal ini berlaku umum, untuk orang sipil maupun untuk profesi di bidang kemiliteran. Totalnya ada 14 item tes kesehatan yang dilakukan, mulai dari pemeriksaan fisik hingga penyakit dalam.

“Ini sudah prosedural. Pemeriksaan (penyakit kulit dan kelamin) ini tidak bisa ditiadakan dalam proses tes kesehatan, karena ini untuk memastikan apakah ada penyakitnya atau tidak,” terang Bambang, Selasa (1/12).

Bambang menjelaskan, keberatan muncul akibat ketidaktahuan semata jika proses tes kesehatan melalui beberapa tahap termasuk pemeriksaan penyakit kulit dan kelamin yang mengharuskan peserta tes semibugil.

Toh, menurut Bambang, tahun-tahun sebelumnya, RST juga melakukan pemeriksaan tes kesehatan dengan prosedur yang sama bagi CPNS Kota Batu. Dan selama itu juga tidak ada keluhan. “Karena pemeriksaan dilakukan secara prosedural, profesional dan tidak ada unsur pelecehan seksual atau unsur merendahkan. Kami juga sudah cek kepada dokter yang bersangkutan,” kata Bambang yang juga menjadi ketua Panitia Pemeriksaan CPNS Kota Batu.

Dr Gaguk Prasetya, seketaris Pemeriksaan Kesehatan RST Soepraoen menambahkan, ada kesalahpahaman jika ada yang menyebutkan tes kesehatan hanya untuk tes bebas narkoba, atau dengan kata lain, calon CPNS hanya akan dilakukan tes darah atau urine. “Yang dimaksud itu ya tes kesehatan secara menyeluruh, dengan di dalamnya termasuk bebas narkoba,” ucap pria berpangkat Mayor ini.

Sedangkan Kapendam V/Brawijaya Letkol Inf Achmad Mulyono mengatakan sistem pemeriksaan yang dilakukan RST Soepraoen merupakan standarisasi baku yang sudah lama diterapkan dan prosedurnya memang begitu.

Tetapi kalau peserta sipil merasa keberatan dengan sistem tersebut, RST Soepraoen bisa mengubahnya sesuai keinginan dan permintaan peserta. “Karena itu, diharapkan agar sebelum diperiksa pihak instansi yang meminta perlu menyampaikan jenis pemeriksaan yang dilakukan dan disesuaikan dengan keinginan mereka,” jelasnya, Selasa.

http://www.surya.co.id/2009/12/02/gubernur-marah-cpns-semibugil-walikota-batu-ditegur.html#comment-50308

Bedah Rumah Batal, Hidup di Kandang bebek

Gara-gara terlalu lugu menerima janji dari pemerintah, pasangan kakek-nenek, Sadiwarno, 90 dan Pasri, 87, kini harus nrimo untuk tinggal di kandang itik atau bebek. Pada 16 Februari lalu, kakek-nenek warga Dusun Dresel, Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan/Kota Batu ini, mendapat janji gubuk bambunya yang reot akan dibedah esok harinya supaya menjadi layak huni.

Namun, hingga kemarin pemerintah setempat ternyata belum melakukan apapun untuk bedah rumah itu. Malahan, diperoleh informasi bahwa program bedah rumah oleh Pemkot Batu untuk warga miskin di sana mungkin baru akan dimulai paling cepat dua bulan lagi. Berarti, selama itu pula pasangan renta tersebut akan tinggal di kandang. “Pada 16 Februari lalu, kami didatangi Ibu Kepala Desa dan PKK Desa Oro-oro Ombo. Kami diberitahu bahwa besok (17 Februari, Red) rumah kami akan dibangun lebih bagus,” kata Mbah Pasri dengan nada pasrah, ketika ditemui Surya, Selasa (23/2).

Para tetangga yang mendengar penuturan tersebut dan keluarga pasangan Sadiwarno-Pasri sendiri, akhirnya beramai-ramai membongkar gubuk bambu reot milik kakek-nenek itu. Sadiwarno dan Pasri kemudian pindah ke kandang itik yang sudah tidak dipakai, persis di belakang rumahnya. Karena berpikir kepindahan itu hanya sementara sambil menunggu rumah selesai dibedah, keduanya merasa biasa-biasa saja meskipun harus tidur, makan, minum dan tinggal sehari-hari di kandang.

Bersama kedua kakek-nenek itu hidup juga anak angkatnya, Alimah, yang kini memiliki bayi yang baru berumur 1 tahun. Mereka berempat terpaksa harus berdesak-desakan tidur di kandang yang jauh lebih sempit dari rumah gedhek (anyaman bambu, Red) yang mereka tinggali sebelumnya.

Untuk menahan terpaan angin malam, kandang itu ditutupi potongan karung plastik dan beberapa lembar gedhek yang diambilkan dari sisa bongkaran gubuk mereka. “Kami berharap bantuan bedah rumah itu segera datang. Sehingga kami tak perlu berlama-lama di sini,” sela Alimah, yang sedang memasak di tungku batu yang juga ikut diungsikan ke kandang bebek itu. Ia sambil menggendong bayinya.

Kondisi rumah Sadiwarno-Pasri sendiri sebetulnya juga memprihatinkan. Bangunan gubuk yang mereka tinggali sejak tahun 1972 bisa dikatakan kalah `mentereng` dari kandang sapi milik tetangganya yang berada di seberang rumah.

Semua dinding rumah terbuat dari gedhek dan berlantai tanah, sedangkan kandang sapi milik tetangganya sudah berlantai semen. Kesan kumuh dan lusuh semakin terlihat jelas ketika wartawan Surya memasuki rumah gedhek yang sudah sebagian terbongkar itu. Dua kamar yang juga dipisahkan oleh sekat gedhek, tidak kalah kumuhnya karena bagian pintunya sudah dibongkar. “Sebelum ke kandang, ya di sinilah kami tinggal sejak membuka dusun ini,” ujar Sadiwarno, yang merupakan juru kunci Dusun Dresel, Desa Oro-oro Ombo.

Untuk seorang sesepuh yang dihormati warga Dusun Dresel itu, kehidupan pasangan kakek-nenek itu memang sangat menyedihkan. Namun sifat nrimo membuat mereka merasa biasa saja bertahan hidup di gubuk reot itu. Sehari-hari mbah Sadiwarno dan istrinya masih kuat bekerja sebagai buruh tani meski tidak rutin.

Kondisi rumah itulah yang kemudian mendorong pamong desa dan tim PKK setempat untuk memasukkan rumah Mbah Sadiwarno sebagai sasaran bedah rumah, yang diadakan Pemkot Batu tahun ini.

Sementara itu, Pemkot Batu hingga kemarin masih belum memutuskan siapa saja yang akan mendapatkan bantuan bedah rumah. Jumlah APBD Batu 2010 yang terbatas untuk program ini, hanya memungkinkan Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Batu membedah 16 rumah tahun ini. Padahal rumah tak layak huni seperti milik Mbah Sadiwarno bertebaran seantero Kota Batu. “Saat ini kami baru melakukan pendataan calon-calon rumah yang akan dibedah, yang diajukan oleh desa-desa,” ungkap Enny Rachyuningsih, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB, saat dikonfirmasi tentang program bedah rumah.

Dari pengalaman tahun sebelumnya, dana dari APBD untuk bedah rumah baru bisa dicairkan sekitar dua bulan setelah APBD disahkan. Itu artinya, kemungkinan kedua kakek-nenek ini harus tinggal lebih lama di kandang itik dari perkiraan mereka. APBD 2010 Kota Batu baru saja disetujui pekan lalu.

Rombongan Wali Kota Batu Edi Rumpoko yang berkunjung Selasa (23/2) sore ke Dusun Dresel, juga mengakui memang masih banyak warganya yang tak memiliki tempat tinggal layak. “Tetapi rombongan pemkot tidak sempat mampir ke rumah semua warga karena sudah sore. Hanya, pasti wali kota akan mengusahakan untuk mencari donatur guna membantu program bedah rumah. Mereka bisa berasal dari 60 perusahaan yang berada di Kota Batu,” beber Eko Suhartono, Kepala Bagian (Kabag) Humas Pemkot Batu. Eko mengaku tak tahu kalau ada warga yang sudah terlanjur mengosongkan rumah untuk segera dibedah. “Nanti akan kami cek,” katanya.

http://www.surya.co.id/2010/02/24/bedah-rumah-batal-hidup-di-kandang.html

Selasa, 23 Februari 2010

Siswa SMA Muhammadiyah I dan SMA 6 Hampir Duel

Beberapa pelajar dari SMA N 6 Yogyakarta dan SMA Muhammadiyah I Yogyakarta terlibat bentrok di luar komplek Pengadilan Negeri (PN) Yogyakarta, Selasa (23/2). Para pelajar ini merupakan pendukung rekan mereka yang menjadi terdakwa di dalam kasus tawuran pelajar yang mengakibatkan meninggalnya sedang alumni SMA N 6 di Jalan Suroto Kotabaru, beberapa bulan lalu.

Ratusan massa pendukung kedua pihak hadir di depan gedung PN, dengan pengawalan ketat dari pihak Kepolisian. Begitu enam tersangka (siswa Muhammadiyah I) dibawa menggunakan mobil tahanan, kedua kubu langsung panas dan beberapa siswa menggeber gas sepeda motornya. Beberapa siswa terlihat beradu mulut dan akhirnya saling mendorong.

Beruntung, sebelum terjadi baku hantam, Polisi langsung mengamankan keadaan dan memisah kedua kubu. Kejadian ini pun sempat nyaris terulang lagi di jalan depan PN, namun aparat dengan sigap kembali melerai para pelajar.

Pandu, sorang siswa SMA N 6 mengaku datang ke PN untuk membuktikan rasa solidaritas. Dirinya mengaku, tidak ada pihak yang mengkoordinir pelajar untuk datang ke PN. "Kami datang, untuk menunjukkan solidaritas kami di dalam kasus ini," uajarnya.

Sementara, Rosi, siswa SMA Muhammadiyah I menjelaskan, pihaknya yakin rekannya yang menjadi tersangka tidak bersalah. Untuk itu, dirinya bersama ratusan siswa lainnya siap mendukung para tersangka. "Kita yakin teman-teman kita ngga bersalah. Itu terjadi karena kecelakaan, bukan karena penganiayaan," uajarnya.

Secara bergantian, pihak Kepolisian mengawal kedua kubu massa untuk kembali ke sekolah mereka masing-masing. Ratusan siswa Muhammadiyah I dikawal terlebih dahuu, baru selanjutnya siswa SMA N 6. Sementara itu, sidang ini pun akhirnya ditunda hingga Kamis (25/2) besok, lantaran saksi yang ingin dihadirkan tidak datang. (Den) http://www.krjogja.com/news/detail/21427/Siswa.SMA.Muhammadiyah.I.dan.SMA.6.Hampir.Duel.di.PN.Yogyakarta.html

Hutan cemara Samas, lokasi ngeseks paling asyik....

Hutan cemara di kawasan Pantai Samas tepatnya di Desa Srigading, Kecamatan Sanden yang berfungsi untuk menahan abrasi dan tsunami, marak digunakan untuk tindakan asusila wisatawan.

Penduduk Soge Sanden, Mugari mengatakan ratusan wisatawan biasanya melakukan tindakan asusila di kawasan tersebut pada hari libur. Wisatawan memanfaatkan kesempatan untuk melakukan tindakan amoral tepat di tengah hutan. “Biasanya saya sering memergoki mereka, tapi bagaimana lagi, nanti kalau dilarang Samas jadi sepi pengunjung,” ujarnya saat dihubungi Harian Jogja kemarin.

Warga sekitar pantai sebenarnya resah dengan kondisi tersebut. Karena, tindakan itu tidak hanya dilakukan pada malam hari, namun juga siang hari bolong. Warga juga terganggu dengan tindakan wisatawan yang membuang sampah sembarangan di sekitar pohon.

Upaya penertiban lanjutnya sangat dibutuhkan untuk menekan jumlah pelaku tindakan itu. Namun, Mugari menyebutkan tindakan penertiban pasti sulit dilakukan, karena pelaku biasanya tersebar di sepanjang Samas hingga menara mercusuar di Kowaru. Lorong-lorong yang tersembunyi juga mendukung tingkah polah mereka. “Pengunjung bergantian, kalau diusir mungkin mereka datang lagi,”tukasnya.

Menurutnya, penyelewengan perilaku pasangan yang sedang dimabuk cinta dan melakukan hubungan seks di dalam hutan cemara sudah berlangsung cukup lama. Bahkan saat hari libur seperti hari Minggu atau libur hari raya kegiatan seperti semakin banyak. "Biasanya pasangan yang melakukan hubungan seks di tengah hutan memarkirkan sepeda motornya di Pantai Samas. Selanjutnya pasangan tersebut berjalan menyisir pantai ke arah Barat dan langsung masuk ke dalam hutan," katanya. Menurut warga hutan cemara sangat lebat sehingga pasangan yang sedang melakukan hubungan seks tak menyadarinya kalau sedang diintip walaupun jarak satu meter.
http://harianjogja.com/web2/beritas/detailberita/393/hutan-cemara-samas-jadi-lokasi-ngeseksview.html

Senin, 22 Februari 2010

Dendam Mantan Suamiku


Perceraian, apa pun alasannya, adalah keputusan buruk. Namun, keputusan itu juga yang harus kuambil. Usiaku masih muda, masa depanku masih panjang, dan "menghambakan" diri pada seorang lelaki yang tidak tahu cara mencintai, adalah kebodohan. Aku pun bercerai. Dan bukan bebas. Penderitaan baru malah kian sering menghampiriku.

Aku bercerai setelah lima tahun menikah. Sebenarnya, hanya 3 tahun aku menikah dengan Farid, 2 tahun itu adalah masa pisah rumah, dan mengurus perceraian. Sebabnya satu, Farid selingkuh. Dia "bermain" di belakangku waktu tugas keluar kota, dan pulang ---tanpa sadar-- dengan beberapa bekas cumbuan di dada dan pundaknya. Aku marah, dan tak pernah lagi mempercayainya. Bagiku, komitmen adalah segalanya. Jika dia tidak menjaga, cerai adalah pilihannya.

Putusanku itu banyak mendapat tantangan. Dari orang tua, teman-teman, mertua dan adik-adik. Mereka minta aku memaafkan Farid. Tapi aku gak bisa. Cerai, cerai! Farid mencoba bertahan, tapi di pengadilan, aku kukuh. Talak pun jatuh.

Hidupku kemudian kurasakan lepas. Usiaku baru 28, karierku sedang bagus, pergaulanku luas. Aku tidak akan pernah kesepian. Dan kukira, status janda tidak seburuk yang ditakutkan ibu dan teman-temanku. Tak banyak godaan dari para lelaki. Teman-teman priaku juga tak pernah mencoba merayu. Semua biasa, tak ada pretensi kejandaanku mengganggu aktivitasku. Penderitaan justru datang dari mantanku.

Setahun setelah bercerai, aku dekat dengan Iwan. Lajang yang sudah matang. Kedekatan kami ke arah yang cukup serius. Iwan pun tahu statusku, janda. Tapi dia tertawa jika aku menyebutkan diriku janda. "Tanpa surat cerai itu, kamu tampak seperti gadis," pujinya. Dan dia tidak memasalahkan hal itu. Iwan pun aku kenalkan kepada orangtuaku. Mereka cukup suka, dan menerima. Kepada Iwan, aku pun jujur mengakui sebab perceraianku. Dengan begitu, Iwan jadi tahu, bahwa aku tidak bisa menerima perselingkuhan, sekali pun. Ia setuju dengan prinsipku. Dia bilang, jika kami menikah, punya anak, dan salah satu dari kami berselingkuh, kami bercerai dan anak menjadi ikut yang tidak berselingkuh. Aku sepakat.

Namun, "kegilaan" datang dari Farid. Suatu hari, dia mendatangi Iwan, dan mengajak bicara empat mata. Kepada Iwan, Farid menjelaskan mengapa dia "terpaksa" berselingkuh. Kata Farid, sewaktu dia menikahiku, aku telah tidak perawan. Selain itu, di awal pernikahan, Farid merasakan ada yang tidak beres denganku. Katanya, aku mengidap penyakit kelamin. Tiga bulan pernikahan awal kami adalah kerjakeras Farid mengantarku ke dokter kelamin untuk menyembuhkan penyakitku. Farid bahkan menambahkan, barangkali penyakit kotor itulah yang membuat sampai 5 tahun aku tidak hamil juga. Gila!

Iwan menceritakan hal itu. Kukatakan bahwa semua itu fitnah. Awalnya Iwan percaya. Tapi, makin ke belakang, dia selalu bertanya, mengapa aku tidak juga hamil? Pertanyaan yang membuatku merasa bahwa omongan Farid ternyata merasukinya. Bahkan, ketika akan berlanjut ke tunangan, Iwan meminta aku memeriksakan diri ke dokter, sebagai tanda bahwa aku normal dan bisa hamil. Tampaknya, dia takut bahwa apa yang diomongkan Farid itu benar.

Sebenarnya, aku bisa saja ke dokter dan memeriksakan diri. Hasilnya pasti aku bersih dan tidak ada gangguan dan bekas penyakit kelamin. Tapi, bukan itu masalahnya. Bagiku, begitu Iwan mulai ragu, pernikahan itu tidak layak diteruskan. Aku cukup tahu, Farid dan aku saja yang menikah tanpa keraguan, akhirnya bercerai. Apalagi jika Iwan menikahiku dengan keraguan dan selebihnya karena tidak enak dengan orang tua. Maka, dengan bersumpah di atas kitab suci, aku katakan bahwa semua omongan Farid adalah fitnah, dan kuputuskan hubunganku dengan Iwan. Dia minta maaf, dan memaksaku untuk terus melanjutkan hubungan. Tapi bagiku, semua sudah selesai, sudah finish!

Setelah itu kudatangi Farid, dan kepadanya kutanyakan apa maksud dia memfitnah seperti itu. Farid ternyata tidak rela aku menikah lagi. Dia memintaku kembali, dan jika aku menolak, "kamu akan tetap menjadi janda selamanya!" ancamnya. Tapi aku tidak takut dengan ancaman itu. Dan kembali padanya, setelah melihat satu lagi watak buruknya, tak menjadi satu pilihanku. Daripda kembali ke Farid, aku memilih jadi janda, meski selamanya.

Tapi barangkali, asmara tidak bisa jauh dariku. Setahun setelahnya, aku dekat dengan Makrus. Duda tanpa anak. Kami cepat nyambung. Dia cerai mati, istri dan anaknya kecelakaan tiga tahun sebelum dia kenal denganku. Tanpa proses yang panjang, hanya empat bulan, kamu sudah berpacaran. Kepada Makrus aku katakan semua "sejarah" hdiupku, termasuk kemungkinan si Farid akan menjatuhkan fitnah lagi. Makrus tertawa. Dia yakin Farid tidak akan berani main-main dengannya. Aku percaya, faktor usia Makrus yang lebih matang akan membuat dia dapat berpikir lebih jernih. Dia lalu meminangku, dan keluargaku menerima. Sehabis tunangan itu, ada beberapa kali Makrus setengah memaksaku untuk melakukan hubungan suami istri. Tapi dengan tegas aku menolak. Dia tampaknya cukup paham.

Dan Farid datang lagi. Kali ini fitnahannya tidak mempan. Makrus tertawa saja, dan tidak menanggapi Farid. Aku pun tambah memujanya. Hari pernikahanku tinggal soal waktu. Desain undangan dan sovenir mulai kami rencanakan, kebahagiaan di depan mata. Tapi, ternyata kesedihan lain datang. Tak cukup memfitnahku sendirian, Farid datang dengan Iwan. Dan Iwan yang kini menjatuhkan fitnah keji kepadaku. Kepada Makrus dia mengakui percaya pada semua omongan Farid. Itulah sebabnya dia tidak jadi menikahiku. Padahal, akulah yang tidak mau menikah dengan Iwan. Tak hanya itu, kepada Makrus, Iwan pun berkata telah puas berintim ria denganku. Dia bilang aku perempuan murahan.

Makrus tidak percaya juga. Tapi, ketika memesraiku, dia memaksa untuk intim. Aku menolak, tapi dia marah. "Ohh, kepada Iwan kamu mau, kenapa kepadaku menolak?!" Bagai disammbar petir aku mendengarnya. Kutampar dia, sekerasnya. Makrus mengatakan tidak akan pernah mengungkit masa laluku jika itu benar, tidak mengapa jika aku telah intim dengan Iwan. Dia menerima dan akan tetap menikahiku. Tapi, dia juga berharap aku tidak sok suci. Gila! Gila! Gila! Demi tuhan, Iwan tak pernah menyentuhku, menciumku pun tidak. Kenapa Makrus percaya? Kenapa lelaki selalu menganggap kalau aku begitu murah menyerahkan diri pada lelaki lain? Sambil menangis, aku lemparkan cincin pertunangan itu. Aku memutuskan berpisah.

Orangtuaku marah besar. Kakak dan adikku ngamuk. Mereka merasa malu, telah dua kali aku gagal menikah di saat yang begitu dekat. Tapi aku tetap pada pendirianku. Tak akan kuhancurkan masa depanku pada lelaki yang tak pernah percaya dengan diriku. Bagiku, kepercayaan, komitmen, adalah segalanya. Aku tak ingin, pernikahanku berakhir lagi. Cukuplah masa burukku dengan Farid sialan itu saja, dan tidak dengan yang lainnya. Aku percaya, Gusti Allah pasti telah mempersiapkan jodohku yang lebih baik dari Iwan, Makrus. Aku berharap, aku berdoa.

Dimadu pun Aku rela asalkan dia tetap bersama saya

Pada bulan oktober tahun 1996 kami bertemu, awal perjumpaan kami adalah pada saat saya dan dia sedang ada tes caturwulan pertama. Ya waktu itu kami bertemu masih sama-sama duduk di kelas 3 SMP. Kami satu sekolah tapi tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Saya orang yang tertutup dan pendiam, terutama pada laki-laki.

Semenjak duduk satu bangku saat tes itu kami menjadi akrab dan dekat. Singkat cerita saya dan dia akhirnya jatuh cinta dan ia menyatakan cintanya pada saya tanggal 18 April 1997, saat itu malam takbiran Idul Adha. Dunia serasa milik berdua kami sering jalan bagaimana layaknya orang yang sedang dimabuk cinta.

Hal yang saya takutkan akhirnya pun terjadi, saat kami harus pisah sekolah. Saya sangat takut kehilangannya karena saya sangat mencintainya. Kami memang pisah sekolah tapi hubungan kami tetap berjalan. Saya masuk sebuah SMK swasta di daerah Kayu Tinggi Jakarata Timur, sementara ia masuk STM Swasta di daerah penggilingan Jakarta Timur juga. Setahun pertama pisah sekolah, hubungan kami berjalan lancar. Ia tetap menjemput saya setiap pulang sekolah karena saya masuk siang dan pulang habis magrib. Namun pada saat kelas 2 godaan pun mulai timbul. Ia sering saya dapati memboncengi wanita lain dan jalan dengan wanita lain. Namun akhirnya dia minta maaf dan saya terima. Selalu begitu dan begitu tiap kali dia selingkuh dia selalu minta maaf.

Ketika sudah lulus sekolah, saya bekerja di perusahaan swasta milik Jepang dan ia melanjutkan kuliah namun gagal di tengah jalan. Akhirnya dia bekerja di sebuah perusahaan swasta di sebuah kawasan industri di Pulo Gadung. Kami sudah matang untuk merencanakan suatu pernikahan, namun cobaan datang lagi. Pada saat itu dia dan orang tuanya sudah datang melamar ke rumah saya namun tidak lama kemudian dia dan orang tuanya datang lagi ke rumah seorang gadis dan melamarnya pula. Saya mendengar hal itu dari bibi dan saudaranya yang masih peduli pada saya. Akhirnya saya datangi wanita itu dan meminta membatalkan acara lamaran itu. Wanita itu pun mau mengerti dan akhirnya saya dan dia dapat segera menikah.

Tahun pertama pernikahan saya rasakan sangat bahagia. Akhirnya saya dapat menikah dengan orang yang sangat saya cintai dan saya kasihi. Terutama pada saat saya hamil dia begitu perhatian pada saya dan memberikan yang saya butuhkan saat itu. Namun badai pun datang lagi setelah saya melahirkan anak pertama pada tanggal 15 Juni 2005. Pada bulan November 2005, setelah lebaran Idul Fitri, kami pindah ke rumah orangtua suami. Selama ini kami tinggal di rumah orangtua saya. Saya tinggal di sana hanya sebulan karena tidak tahan dengan sikap kedua mertua yang terlalu mengatur kami. Akhirnya pada 9 Desember 2005 saya kembali ke rumah orangtua saya sendiri dan kami pisah rumah sampai sekarang. Saya selalu minta kejelasan status saya padanya apakah akan berpisah darinya atau kami akan rujuk, karena dia tidak pernah memberi ke jelasan dan bahkan bersikap semau nya. Sementara itu orangtuanya ingin kita kembali sehabis lebaran Idul Fitri kemarin. Namun apa yang terjadi? Ternyata dia sudah ada WIL, yang hamil 2 bulan. Saya merasakan dunia seakan runtuh, hati hancur berkeping-keping.

Saya berusaha agar kami tidak berpisah karena saya memikirkan nasib anak saya dan hutang-hutang yang dia tinggalkan pada saya. Dia banyak berhutang pada bank dan saya yang harus menanggungnya karena atas nama saya, sementara semua uangnya dia yang pakai. Kemudian, dia balik memfitnah saya dan menyebarkannya bahwa saya pun selingkuh dengan teman kantor. Dan lebih parahnya lagi dia bilang pada semua orang kalau saya hamil dengan orang lain. Sungguh hal ini yang membuat hati saya marah dan lebih sakit hati daripada saat dia berselingkuh. Saya berani bersumpah demi Allah, demi anak saya yang berumur 1,5 tahun, kalau saya tidak pernah selingkuh! Bahkan bersumpah pocong pun saya berani.

Bagaimana saya bisa selingkuh dan memberikan tubuh saya pada sembarang orang sementara selama ini saya tidak pernah membuka pintu hati saya untuk siapa pun! Jangan kan tubuh, hati ini pun tak akan pernah saya berikan pada siapa pun selain suami saya! Saya sangat mencintainya dan dia adalah ayah dari anak saya. Sampai pada saat saya menulis kisah ini pun status saya masih mengambang dan kami bagaikan musuh. Padahal saya sudah berusaha lembut dan baik padanya tapi seakan dia sudah jijik melihat saya.

Pembaca, tolong apa yang harus saya lakukan? Saya benar-benar sudah tidak sanggup lagi menahan derita ini. Saya sangat menyayanginya dan mencintainya! Saya tak sanggup berpisah darinya. Dimadu pun saya rela asalkan dia tetap bersama saya. Tapi kenapa dia harus memfitnah saya? Saya sungguh menderita

Tuhan, Sadarkanlah Suamiku..

Aku menikah di tahun 1995, setelah berpacaran dua tahun lebih. Pernikahan ini aku yakini akan begitu berbahagia. Aku mengenal Pras sudah cukup lama. Dua tahun lebih memang masa kami berpacaran, tapi jauh sebelum itu aku sudah kenal dekat karena ia rekan sekantorku, hanya beda ruangan dan bagian. Jadi, siapa dia, siapa aku, kami sama-sama tahu. bekal itulah yang membuatku yakin untuk menikah dengannya.

Pernikahan kami memang bahagia. Berselang 2 tahun, putri kami lahir. Dan makin lengkaplah kebahagiaan kami. Seiring dengan itu, karier Pras juga membaik. Dia jadi punya posisi dan memiliki beberapa staf. Aku bahagia dengan perkembangan itu. Kami memang masih hidup sederhana. Tapi percayalah, kesederhanaan itu tak mengurangi rasa bahagia kami.

Ketika anak berusia 3 tahun dan sedang lucu-lucunya, saya sempat mendengar selentingan kalau suami ada "main" dengan salah seorang stafnya. Pergunjingan itu saya dengar selintas saja, tapi tak pernah saya gubris. Rasanya tidak masuk akal. Saya sekantor, dan pergi-pulang selalu bersama suami. Kapan dia sempat selingkuh? Lagipula teman kantor? Saya kenal semua teman kantor juga stafnya Pras, meski tidak terlalu akrab. Jadi, paling itu hanya gosip-gosip saja. Saya tidak ambil pusing. Saya percaya dengan suami.

Sampai pertengahan tahun 2000, ketika saya berbelanja keperluan kantor, dan mampir untuk makan siang ke sebuah restoran, saya melihat suami tengah makan bersama seorang stafnya. Deg! Saya langsung ingat semua gosip dan selentingan selama ini. Saya sempat lihat reaksi suami yang tampak kikuk dan sedikit gelisah. Perempuan itu yang tampak biasa, dan sempat melempar senyum kepada saya. Saya lega. Tidak mungkin perempuan itu bertingkah begitu alamiah kalau dia ada apa-apa dengan suami saya. Palingan suami saya cuma rikuh dan gak nyaman karena makan siang bukan dengan saya. Saya menepuk jidat, kenapa pikiran buruk cepat sekali datang? Segera saya usir semua ingatan akan gosip dan selentingan itu dari kepala saya.

Tapi, barangkali saya memang bodoh. Barangkali saya istri yang terlalu percaya pada suami. Nyatanya, setelah itu lebih dari 4 kali saya menjumpai mereka makan bersama di tempat yang berbeda-beda. Coba, siapa yang tidak curiga? Empat kali dengan perempuan yang sama?! Meski perempuan itu bersikap sama, ramah dan tersenyum, saya mulai mencium ada apa-apa di antara mereka. Selentingan dan gosip itu tampaknya benar. Tapi, saya mencoba tidak emosi. Saya berlaku wajar, dan setelah beberapa hari dari "keterpergokan" itu saya bertanya baik-baik kepada suami, apakah benar gosip yang selama ini beredar? Dan jawaban dia membuat saya kaget. Bukannya memberi penjelasan, dia malah marah besar. Marah semarah-marahnya. Belum pernah saya melihat dia marah sehebat itu. Tapi saya tidak mundur. Saya coba meminta dia jujur pada perasaannya. Saya tunjukkan bukti-bukti tentang gosip dan beberapa saksi yang melihat mereka bersama, juga saya sendiri yang 5 kali melihat mereka. Saya berharap dia berkata, "Kami hanya teman, rekan kerja!" Nyatanya, suami mengangguk. Dia membenarkan gosip itu. Tangis saya pecah.

Saya meminta suami untuk melupakan perempuan itu. Suami mengaku menyesal, dan akan berubah. Saya berdoa, dan berusaha makin memperhatikannya. Tapi, perubahan itu hanya kamuflase saja. suami saya dan perempuan itu tetap saja mabuk asmara. Tetap berhubungan seperti sedia kala. Karena dan ingin masalah ini berpanjangan, saya datangi perempuan itu. Saya katakan semua keberatan saya. Saya memang tidak menghakiminya, dan tidak emosi. Karena sepanjang pengakuan suami, mereka hanya masih berpacaran dan belum sampai berhubungan intim. Jadi, hubungan mereka belum terlalu jauh. Saya mencoba menyadarkan perempuan itu bahwa saya tidak ingin hubungan mereka jadi terlalu jauh. Saya tanyakan baik-baik, dan saya minta baik-baik agar dia menjauhi suami. Tapi jawabannya sungguh mengagetkan saya. Dia berkata sangat mencintai suami saya, dan siap menanggung apa pun demi hubungan mereka itu. Saya pun emosi. Mulai detik itu, apa pun saya lakukan untuk menjauhkan perempuan itu dari suami saya. Sampai akhirnya dia keluar dari kantor.

Tapi, keluarnya perempuan itu tak membuat suami saya sadar. Pras tetap saja nekad. Mereka tetap saja berhubungan. Saya marah, suami diam, tapi di belakang tetap saja berhubungan. Pernah saya tanya,apa yang kurang dari saya sehingga dia masih mencari perempuan lain. Jawaabannya sungguh memilukan dan tidak masuk akal. Dengan santai dia berkata, "Kucing itu dikasih ikan asin saja mau, apalagi diberi daging?" Gila! Suamiku memang sudah gila.

Selama ini saya masih bersabar. Tapi setelah membawa-bawa "kucing" itu, saya mengeluhkan soal itu ke ibu. Saya cerita panjang lebar. Bukannya lega, beban saya malah bertambah. Orang tua bilang itu hanya cobaan dalam rumah tangga, kelak akan berubah. Mereka juga berharap saya tidak menuntut cerai karena sebagai anak tertua dalam keluarga, saya harus memberi contoh kepada adik-adik. Tuhan, kenapa begini jalanku?

Saya lalu mencoba cerita ke orang tua suami. Hasilnya sama saja. Mereka lepas tangan dan tak mau mencampuri urusan rumah tangga kami. Lucunya, ketika tahun 2006 saya memiliki rumah sendiri, mertua malah ingin rumah itu diatasnamakan suami. Padahal, itu jerih payah saya. Jadi, bukannya membantu saya menghadapi tingkah anaknya,mertua malah merongrong saya.

Saya sudah hampir tidak kuat. Suami memang masih bertanggungjawab. Gajinya masih diserahkan kepada saya, meski saya tahu tidak semua. Karena sekantor, saya tahu jumlah gajinya. Jadi, saya tahu berapa yang tidak dia serahkan kepada saya. Meskipun bermasalah, saya juga masih melakukan kewajiban sebagai istri sebaik-baiknya, tidak mengeluh, dan selalu bersabar. Tapi, suami yang malah ingin bercerai. Saya minta, apakah itu sudah keputusan terbaik, dan sudah dipikir masak-masak? Dia diam. Dan sampai saat ini tidak pernah lagi dia mengungkit soal cerai.

Pembaca, saya capek. Meski suami selalu baik di depan anak-anak, dan kami pun tidakpernah bertengkar di depan anak, tapi saya tidak mampu lagi menghadapi hal ini. Berulangkali pikiran cerai datang ke benak saya. Tapi, selalu pesan orang tua saya terngiang, kalau mereka tidak ingin bercerai. Apalagi, mereka tahu suami masih selalu tidur di rumah dan berada di rumah dengan anak-anak. Suami hanya "mencuri" waktu untuk bersama perempuan itu. Dan saya tahu, kini pasti mereka telah berhubungan lebih intim daripada sekadar berpacaran.

Pembaca, dengan jalan apa saya dapat menyadarkan suami saya? Sungguh, perceraian belum jadi pikiran saya. Saya masih berharap dia sadar dan mau kembali pada keluarga ini. Saya juga tidak ingin adik-adik tahu dan saya menjadi contoh keluarga yang gagal di mata mereka. Lagipula, tidak ada yangpernah bercerai dalam keluarga besar kami.

Tolonglah Pembaca, berikan cara agar saya dapat menyadarkan suami yang sedang tersesat tersebut.

Aku Terpenjara Cinta

Sebelum aku bercerita tentang jalan hidupku yang kurasa sangat pahit ini, aku terlebih dulu memperkenalkan diriku. Namaku Mimi (32)dan belum dikarunia seorang anak pun, padahal usia perkawinanku dengan Mas Ratno telah memasuki tahun ke-9.

Mungkin persoalan itulah yang menyebabkan Mas Ratno meminta izinku untuk menikah kembali dengan seorang perempuan lain yang berprofesi sebagai perawat kesehatan di rumah sakit terkenal dibilangan Jakarta Selatan. Sebut saja namanya Rini dan mungkin karena ijinku itu pula aku akhirnya harus menjalani kehidupan seperti di penjara.

Pernikahanku dengan Mas Ratno sebenarnya merupakan cita-citaku sejak berkenalan dengannya. Mas Ratno menurutku adalah sosok pria yang nyaris sempurna, memiliki ketampanan, kecerdasan dan prilaku yang sangat santun serta kemapanan ekonomi. Dan selama mengarungi bahtera rumah tangga dengannya hanya sedikit persoalan yang kami hadapi, itupun sebatas masalah-masalah yang sepele, hingga aku tak pernah menyangka jika tabiat Mas Ratno bisa berubah seratus delapan puluh derajat.

Persoalan berat baru datang sekitar setahun lalu, saat kami belum juga memperoleh keturunan. Padahal segala cara telah kami lakukan termasuk mendatangi paranormal-paranormal terkenal yang kabarnya memiliki kemapuan untuk menyelesaikan permasalahn seperti persoalan yang aku hadapi. Ditambah saat itu keadaan ekonomi kami bisa dibilang tengah jatuh akibat PHK yang dialami Mas Ratno.

Sejak Mas Ratno di PHK perangai Mas yang semula santun, sedikit demi sedikit mulai berubah. Ia seringkali marah-marah tanpa alasan yang jelas, bahkan menuduhku sebagai penyebab semua persoalan yang ia hadapi. Mas Ratno pernah berujar jika saja kami telah memiliki momongan, mungkin keadaan tidak akan buruk seperti saat ini, karena anak menurut Mas Ratno bisa melindungi ia dari keputusan PHK. Sebuah ungkapan yang tak masuk akal menurutku.

Di tengah kesulitan ekonomi itu, Mas Ratno mengaku berkenalan dengan seseorang yang bisa membuatnya kembali bekerja. Dan tentu saja berita itu membuat hatiku senang, karena mungkin dengan bekerja kembali kehidupan rumah tangga kami akan kembali seperti sedia kala. Namun harapanku malah sebaliknya, perkenalannya dengan Rini menimbulkan permasalahan baru buatku.

Mas Ratno akhirnya memang kembali bekerja, dan akupun mulai kembali dinafkahi seperti sediakala, hingga keadaan ekonomi kami semakin membaik walau tak sebaik dulu. Beberapa bulan kemudian Mas Ratno berbicara serius tentang masa depan rumah tanggaku, intinya ia kembali mempersoalkan keberadaan anak di rumah kami. Dan sekali lagi aku bingung harus menjawab seperti apa, karena semuanya berada diluar kehendakku.

Dan karena jawabanku yang menurutnya tidak memuaskan itu ia akhirnya mengutarakan keinginannya untuk menikah lagi. Hal itu jelas membuat aku terkejut, dan lebih terkejut lagi ketika mengatahui perempuan yang akan dinikahinya dalah Rini, perempuan yang memberinya pekerjaan di rumah sakit tempat ia bekerja. Kecurigaan yang selama ini kupendam ternyata memang betul-betul menjadi kenyataan.

Walau dalam hati aku tak akan pernah menginjinkan ia menikah lagi, saat itu terpaksa aku menganggukan kepalaku, tanda setuju. Sejak itulah Mas Ratno, aku dan Rini hidup seatap. Awalnya keadaan itu tampak baik-baik saja, kami selalu bisa mengatur waktu kami dalam melayani Mas Ratno, makan malam bersama dan melakukan kegiatan lain. Namun begitu hati ini seperti teriris menyaksikan kemesraan yang mereka tunjukan kepadaku..

Dan keadaan itu berubah drastis saat Rini dinyatakan positif hamil, rasa sayang dan perhatian Mas Ratno kepadaku mulai berkurang. Saat itu ia lebih memperhatikan Rini, memanjakannya bahakan tak boleh mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah seperti yang biasanya kami lakukan bersama. Sejak itu pekerjaan seperti mencuci, membersihkan rumah, menyiapkan makan sampai memasak dibebankan semuanya padaku.

Terlebih ketika Rini telah melahirkan, pekerjaan rumahku semakin berat karena ditambah harus mencuci popok, menyiapkan susunya dan keperluan-keperluan lain. Dan Rini semakin hari semakin bertindak sewenang-wenang terhadapku. Ia seakan menganggapku seperti pembantu atau tepatnya seorang budak. Sementara suamiku justru malah mendukung sikap kesewenang-wenangan Rini terhadapku. Aku memang tak mampu berbuat apa-apa, selain berdoa mudah-mudahan keadaan ini cepat berubah.

Gairahku Hanya pada Perempuan Tua

Panggil saja aku Leo anak ke 3 dari 5 bersaudara. Aku dilahirkan di kota Semarang dengan keadaan keluargaku yang paspasan. Dan aku mengenyam pendidikanpun hanya tamat SMP. Sebenarnya otakku bagus, selalu masuk 3 besar di sekolah dari TK sampai SMP. Keinginan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi hanya impian saja karena orangtuaku tak mampu membiayai. Maka kuambil keputusan untuk merantau ke ibu kota mencari kerja.

Aku bernasib baik, dapat pekerjaan yang cukup bagus walau bermodalkan ijazah SMP, sebagai penolong pengawas proyek perumahan. Tapi dari sini pula titik hitamku bermula. Aku pertama kali dipanggil sama direktur manager, Pak DD, di ruang kerjanya dengan perasaan deg-degan. Jujur, baru kali ini aku berjumpa sama bos, tapi setelah jumpa ternyata ia baik sekali dan hanya menanya tentang kerjaku. Suatu malam di saat aku santai lihat TV di ruangan satpam, tiba-tiba bos datang dan memanggil aku untuk ikut ke ruang kerjanya. Beliau minta aku memijit.

Oh iya pembaca bosku laki-laki, umur 50-an dengan 3 orang anak. Pertama kali memijit aku sedikit kaku. Sambil dipijit ia memuji kerjaku dan setelah habis ia memberi uang 50 ribu. Tentu saja aku girang sekali apalagi gajiku cuma 250 ribu, di tahun 1996. Lain hari, bila ada kesempatan pasti ia menyuruhku memijit lagi, tapi kali ini ia sambil

pasang VCD dewasa. Aku agak malu tapi ikut hanyut juga. Tiba-tiba saja ia bangun dan menidurkanku. Aku kaget dan menolak tapi bosku bisa menenangkan keadaan. Mungkin karena aku masih lugu waktu itu dan entah kenapa aku menurut saja. Ia memijit punggungku dengan belaian-lembut yang membuatku terangsang dan ia semakin berani memegang alat vitalku. Aku tak ingat lagi bila ku sadar semua telah terjadi. Sambil memakai pakaianku kembali aku menanyakan kenapa ia buat begitu. Bosku bilang bahwa ia sudah ga bisa berhubungan intim dengan istrinya. Habis itu ia memberi uang 300 ribu.

Pembaca, sejak kejadian itu aku jadi termenung dan kadang terpikir kenapa aku bisa menikmatinya padahal aku seorang lelaki normal dan pernah berpacaran sewaktu SMP dulu. Akhirnya kejadian itu berulang semula sampai 6 bulan

lamanya. Dan aku kemudian ambil keputusan untuk berhenti dengan alasan pulang kampung, tapi sebenarnya aku dapat kerja baru di sebuah restaurant kaki lima sebagai pelayan, gajiku di sini hanya 1/2 dari gajiku dulu tapi aku senang dan bisa

terlepas dari kerakusan pak DD.

Pembaca di tempat kerja baruku aku kenal dengan baby syster majikanku. Ia sangat baik dah aku memanggilnya Mbak Lis karena umurnya 35 tahun dah punya seorang anak seorang. Oh ya aku tinggal di rumah bosku yang baru di tingkat atas. Bosku selain usaha restaurant punya toko jadi karyawannya juga banyak dan smua tinggal jadi 1 di

tingkat atas, tapi aku paling deket dengan Mbak Lis dari pada pekerja lainnya.

Mbak Lis suka cerita tentang anaknya yang se umuran adikku. Kami slalu ngobrol di samping gudang belakang. Nah suatu hari Mbak Lis curhat tentang suaminya yang penganggur dan suka mabuk-mabukan, sambil nangis ia memelukku, aku coba menenangkan dan menyuruh bersabar. Tapi aku sendiri gugup jujur baru kali ini aku di peluk seorang wanita walau ia aku anggap sebagai kakakku. Kebetulan waktu itu tidak ada pekerja lain yang liat kami, dan Mbak Lis memandangku tepat di depan mukaku, aku dapat rasa hembusan nafasnya entah kenapa ia tiba tiba mencium bibirku aku bagai kena hipnotis terdiam dan bahkan memberi balasan. Untung kami mendengar suara orang memanggil Mbak Lis, dan meninggalkanku yang tengah kegairahan.

Pembaca, ternyata tak sampai disini hubungan kami dan terus berlanjut. Suatu hari ketika aku tengah mandi Mbak Lis memanggilku. Dengan memakai handuk aku tanyakan ada keperluan apa. Tapi belum sempat dijawab iya malah nyelonong masuk terus selanjutnya pembaca tahu sendiri. Semua terjadi begitu saja. Habis itu Mbak Lis bilang kalau slama ini merasa kesunyian. Ohh Tuhan kenapa aku jadi mangsa dia?

Pembaca, sejak saat itu kami sering sembunyi sembunyi melampiaskan kegairahan masing masing, sampai aku mengikuti orangtuaku ikut transmigrasi. Aku lalu mendaftar ikut Tamtama, tapi diseleksi akhir aku gagal karena tak mampu menyediakan uang yang cukup. Tapi aku sempat berkenalan dengan pembina kami yang berpangkat Sertu, dan sering membantunya membelikan rokok. Dari situ juga aku kenal dengan istrinya, Ibu SF.

Aku kemudian kerja di sebuah restoran, dan tidak sengaja bertemu dengan ibu SF, yang sering makan di situ. Dari pertemuan itu, kembali masa laluku, berintim ria dengan ibu SF. Tidak tahu mengapa selalu berakhir seperti itu. Apa mungkin karena wajahku yang memang tidak jelak dan tubuhku yang altetis?

Ibu SF bukan yang terakhir. Masih ada Mbak Lastri, Ibu Dewi, dan Mbak Retno. Semua perempuan separo baya. Dan kini, aku mulai lelah dengan semua dosa itu. Tapi pembaca, bukan aku tidak mau berhenti. Entah mengapa, kini aku tidak bisa lagi tertarik pada perempuan yang berusia sama atau lebih muda. Aku hanya bisa suka pada perempuan yang telah matang atau diatas 35 tahun. Pada mereka saja aku bergairah. Hal inilah yang membuat berkali-kali hubungan percintaanku gagal. Aku tidak berani serius berpacaran karena tak pernah merasa bergairah dengan perempuan muda.

Wahai pembaca, berilah saran bagaimana supaya aku dapat kembali ke jalan pangkalku, jalan yang wajar dan tidak bersentuh dosa. Buat redaksi Cempaka, tolong kemaslan tulisanku dan samarkan nama serta tempat asalku. Terimakasih.

Aku Bukan Lelaki Sempurna

Hari pernikahanku kian dekat. Tapi, bukan kebahagiaan yang kurasakan melainkan kecemasan-kecemasan. Aku cemas dengan diriku, dengan masa depan perkawinan yang kurencanakan. Aku cemas karena tidak yakin apakah mampu menjadi suami bagi istriku.

Secara ekonomi tentu aku sangat mampu. Aku bekerja dan penghasilanku cukup bagus untuk ukuran kota ini. Keluargaku juga sudah mandiri semua, sehingga tak ada beban yang aku tanggungkan. Orangtuaku, meskipun pensiunan pegawai negeri, masih memiliki penghasilan sendiri dari warung kelontong yang mereka kelola. Kakakku sudah bekeluarga semua, dan puji Tuhan, semua berkecukupan, meskipun tidak berlebihan. Aku yang anak bungsu mendapatkan kesenangan-kesenangan sebagai lelaki terakhir di rumah kami. Jadi, istriku pasti tak akan merasakan kesulitan secara ekonomi. Apalagi, sebagai anak terakhir, aku mendapat "izin" untuk menjadikan rumah keluarga sebagai rumahku. Aku yang dipasrahi menjaga ayah dan ibu. Begitu menikah nanti, istriku akan sudah tinggal di rumahku yang cukup besar dan asri. Semua terkecukupi.

Masalah yang aku cemaskan memang bukan itu. Tapi menyangkut diriku sendiri. Aku "sempurna sebagai" lelaki. Jangan Anda bayangkan yang tidak-tidak, aku gay atau homoseksual. Bukan. Aku tak sempurna menyangkut ketakmampuanku untuk melakukan fungsi sebagai lelaki. Aku sendiri merasa dorongan seksualku sangat tinggi, menggebu. Tapi tak pernah ada kelanjutan daripada kemenggebuan itu saja.

Sejak SMA aku sudah berpacaran. Dan lazimnya berpacaran, kadang kami bermesraan. Kadang kemesraan itu juga nyaris melewati batas. Dengan Agnes misalnya, aku nyaris berhubungan suami istri. Untunglah, di saat kritis dan lupa diri itu, aku tak mampu melakukan penetrasi. Puji Tuhan. Yang di atas masih menjagaku dari dosa. Agnes pun bersyukur karena keperawanannya tak terjamah olehku.

Kejadian akhir SMA itu nyaris terulang semasa aku kuliah dengan Findy, tapi kembali aku gagal. Lalu dengan Mira, dan gagal lagi. Aku jadi yakin, Tuhan memang melarangku untuk melakukan hal itu. Aku sendiri mulai merasa aneh, mengapa tak mampu melakukan itu di saat-saat akhir.

Aku berkonsultasi kepada ahli seks. Jawaban mereka, stres yang berlebihan, takut akan dosa, ketidaksiapan, memang membuat kelelakianku tak akan dapat berfungsi normal. Dokter itu yakin jika aku sudah resmi menikah, semuanya akan beres. Tekanan psikologis yang membuat aku tak "sempurna" sebagai lelaki. Aku pun senang dengan diognosis itu.

Namun nanti dulu. Dengan tunanganku yang akan kunikahi ini, aku memang acap bermesraan, bahkan berlebihan. Karena kami sudah bertunangan dan akan menikah, juga hubungan sudah diketahui orang tua, kami relaks saja ketika bermesraan. Dan aku melakukannya tanpa rasa salah dan cemas. Hasilnya? Sama saja, aku tak mampu. Ereksiku --maaf-- sangat tidak memadai, kekerasaannya tidak seperti yang kuharapkan. Ada apa ini? Siska memang tidak marah, dan selalu merasa memang kami menikah baru boleh begituan. Tapi aku cemas. Aku mencari tahu apa yang salah dengan diriku.

Dari berbagai referensi, akhirnya aku mulai menyadari sesuatu. Dan aku menangis. Aku ingat, memang ada yang tidak beres dengan diriku. Hal yang semula tidak aku anggap sebagai penyebab. Dan kini aku menyadari, hanya hal itulah kemungkinan satu-satunya yang membuat aku begini. Dulu, sewaktu SD, aku pernah jatuh dari pohon. Jatuh dalam keadaan duduk. Aku pingsan. Kata ayah, tulang belakangku retak. Cukup parah. Aku juga ingat, beberapa hari aku kencing dan bercampur darah. Atas saran beberapa anggota keluarga, untuk menghindari cacat, aku dibawa ke ahli pijat. Menurut cerita mereka, kalau ke dokter, kemungkinan nantinya aku akan bungkuk, atau tidak berdiri dalam keadaan normal. Karena untuk membuat tulang belakangku menjadi pulih kembali, mereka akan memasang pen, dan itu membuat pertumbuhanku tidak akan normal. Cacat paska operasi itu yang tidak diinginkan ayah. Mereka lalu membawaku ke Boyolali, ke orangpintar yang aku lupa siapa namanya. Hasilnya sempurna. Dua minggu kemudian aku sudah dapat beraktivitas seperti biasa, dan sehat sediakala dua bulan kemudian. Hasil ronsen, tulangku menyambung dan kembali seperti semula.

Dan aku memang tumbuh normal, tidak ada keluhan, dan cacat tubuh setelah itu. Namun, kini aku merasakan dampaknya. Dari referensi, aku mengetahui, tekanan yang berlebihan pada tulang panggul atau tulang belakang, dapat membuat kegagalan ereksi. Penderita patah tulang belakang pun akan sulit kembali ereksi dengan sempurna. Aku memangis membaca hal itu. Aku merasa gagal. Tapi aku tidak putus asa. Suatu hari, aku mencoba sebuah "percobaabn", dan meminum obat kuat, lalu mengajak Siska bermesraan. Dan nafsuku memang menggebu. Kami nyaris melakukannya. Namun, meski aku seperti hewan yang terluka, proses persetubuhan itu tak terjadi. Aku seperti nyaris memperkosa Siska, karena obat itu membuatku menggerung seperti hewan buas. Tapi aku tetap tak mampu. Aku menangis kehabisan tenaga. Siksa yang menghiburku, meyakinkan bahwa nantinya sehabis pemberkatan aku akan mampu. "Ini soal waktu, bersabar ya?" Aku makin menangis. Siska tidak tahu, bukan itu masalahnya, bukan itu....

Aku putus asa. Aku lalu ke dokter. Dan benarlah, dari diagnosa mereka, ada kerusakan syaraf permanen yang mengatur fungsi alat reproduksiku. Bahasa gampangnya, otak tidak memerintahkan pasokan darah yang cukup untuk membuat ereksiku berjalan secara sempurna. Ada respon yang tak sempurna ke otak, sebagai pusat semua perintah syaraf. Karena sudah cukup lama terjadi, harapan untuk kembali sembuh tipis. Dokter memberiku berbagai obat, juga menganjurkanku mengikuti pengobatan alternatif, semacam akupunktur atau pijat syaraf lainnya. Mereka menguatkanku bahwa masih ada harapan walaupun tipis. Karena ada syarafku yang sekian lama tercepit dan akhirnya tak berfungsi.

Ke akupunktur aku sudah berkonsultasi. Ada harapan memang. Dan sudah lebih dari enak kali pinggulku dijarumi, dan hasilnya memang ada. Ereksiku lumayan kuat, tidak seperti dulu. Tapi tetap belum mampu untuk melakukan hubungan intim secara sempurna. Aku jadi panik. Aku tak bisa yakin, kapan pengobatan ini akan berhasil secara maksimal. Aku memang dianjurkan berpikir positif dan yakin. Sudah aku lakukan. Tapi aku tetap cemas, karena pernikahnku semakin dekat. orangtua sudah mendesak. Dan pertunanganku sudah memasuki usia 2 tahun. Aku tak bisa menunda lagi. Tapi, bagaimana jika aku nanti tak bisa melakukan tugas sebagai suami? Apa yang harus aku lakukan? Berterusterang, yang akan membuat Siksa meninggalkanku?

Pembaca, bantu aku. Jika ada pengobatan alternatif yangmampu, jika ada saran yang membantu, bantulah aku. Secepatnya. Aku percaya, Tuhan di atas sana akan membalas kebaikan semua pembaca.

Mengapa Jika Dia Janda?

Aku punya masalah yang sulit untuk kupecahkan sendiri. Keluarga pun tak bisa kuajak untuk berembuk, karena masalah ini justru bermula dari keluargaku. Mereka tidak menyetujui hubunganku dengan kekasihku. Padahal hubungan kami sudah sangat serius. Aku tak mungkin berpisah dengannya dan dia pun tak mungkin dapat melepaskanku. Kami sudah merasa lengkap dan cocok untuk menjalani hidup kami bersama.

Masalahnya adalah aku anak pertama di keluarga kami. Dua adikku perempuan, satu sudah bekerja sebagai PNS dan satu masih kuliah di PTS di Solo. Sebagai anak pertama, aku diharapkan orangtua dan keluarga besar menjadi contoh. Dan itu telah aku lakukan. Aku tamat kuliah tepat waktu, dan bekerja langsung. Sekarang posisiku sudah lumayan di sebuah perusahaan jasa ekspor. Dan itu membuat orangtuaku bangga. Nah, masalahnya, kebanggaan itu mulai luntur ketika aku mulai berpacaran dengan Dyna, pacar ketiga selama hidupku.

Aku kenal Dyna dari teman kantorku, Risna. Dyna ini teman senamnya Risna. Nah, ketika kerjaan banyak, Risna kepepet waktu untuk berangkat senam, dan minta tolong aku antar. Di sanggar itulah aku melihat Dyna, dan diperkenalkan oleh Risna. Setelah itu, kami berhubungan sendiri, dan nyaman dengan komunikasi kami.

Dyna tidak terlalu cantik sih, tapi enak dipandang. Tubuhnya sangat proporsional. Jujur saja, awalnya aku sangat mengagumi bentuk tubuhnya yang seksi dan padat. Maklum, aku melihat dia pertama kali berbalut kostum senam yang ketat. Mata lelaki, tahu sendirilah. Tapi, setelah kenal lebih lama, aku juga tahu bahwa dia memang enak dijadikan teman bicara. Dia sabar mendengar, dan selalu bertindak apa adanya, tidak dibuat-buat. Aku suka dengan perempuan yang seperti itu. Usia kami kebetulan masih seumuran, dia empat bulan lebih tua dariku. Dyna juga bekerja sebagai tenaga administrasi di kantor pemerintahan. Dan menurut Risna, Dyna amat populer. Aku percaya karena dia memang cantik.

Berkali-kali berbicara lewat telepon, akhirnya kami jadi sering bertemu makan siang atau makan malam. Terkadang aku memintanya menemani di akhir pekan, dan dia tak menolak. Aku merasa mendapat angin. Aku mulai berharap. Namun, ketika empat bulan kedekatan kami dan aku mulai merasakan kangen jika tak bertemu, Dyna menjelaskan situasi dirinya. Dyna mengaku bukan lagi perawan. Aku kaget, dan merasa kecewa. Tapi tak mengapalah, jaman sekarang, tak pantas kiranya memasalahkan keperawanan seseorang, meski aku sendiri masih perjaka. Pengakuan kedua membuat aku agak lega sekaligus kaget. Ternyata, hilangnya keperawanan Dyna bukan karena dia liar atau menganut seks bebas, tapi disebabkan sudah dia serahkan pada suaminya. Iya, Dyna sudah menikah, punya satu anak, dan sekarang menjanda. Dyna seorang janda.

Awalnya aku kaget juga, meski di depannya aku berlagak tegar dan tak kaget apalagi memasalahkannya. Tapi setelah pengakuan itu, aku butuh dua minggu untuk dapat kembali menerima keadaannya. Dan ketika aku menghubunginya, dia senang sekali. Dia takut aku pergi setelah tahu statusnya. Aku ternyata memang menyukainya. Dan dua minggu itu aku merasa tersiksa. Persetanlah dgan kejandaannya. Janda malah asyik, sudah pengalaman, hahaha... canda lho, pembaca.

Aku sempat marah pada Risna karena dia tak berterus-terang. Tapi Risnma punya alasan yang bagus, kalau dia tak berhak membongkar status orang lain tanpa izin dari yang bersangkutan. Aku kemudian dikenalkan dengan anaknya, Divana Resky Amirakanda. Nama yang bagus ya, seperti anaknya yang mungil, masih 3 tahun kurang. Aku jadi tambah suka dengan Dyna, dan sering menghabiskan waktu di rumahnya untuk bermain bersama anaknya, dan ibunya juga, hahaha.... Tapi bermain yang positif lho, jangan ngeres lho, pembaca.

Nah, kedekatanku dan keseriusanku ini dicium keluarga. Mereka pun minta aku mengenalkan Dyna. Aku pun membawa Dyna ke rumah. Ibuku langsung senang, ayahku apalagi. Mana ada ayah yang gak suka anaknya mendapatkan perempuan yang seksi dan cantik seperti Dyna, hahaha... Setelah semua mengatakan suka, barulah dalam rapat keluarga aku bukakan status Dyna. Lhadhalah, rasa suka itu berubah kaget. Ibu tak menerima, ayah menganggukkan kepala. Pamanku malah merasa dia yang pantas untuk Dyna. Huh, enak saja! Aku mencoba menjelaskan kepada Ibu, tapi ibu sulit mengerti. Ibu berharap aku menikah "normal". Masa baru kawin ibu sudah langsung dapat cucu, katanya. Ayah lebih rileks, katanya lumayan bisa dapat menantu yang bisa dipandangi setiap hari. Dasar ayah, suka becanda.

Ibu ternyata serius. Adikku dikompori, juga bude dan tante-tante. Tapi tak banyak yang terhasut. Adikku cuek, dan kebetulan mereka langsung dekat dengan Dyna. Tinggal ibu dan dua bude yang tak setuju. Tapi aku tak mundur. Dyna tetap aku ajak ke rumah. Dan ibu, yang tak bisa mengecewakan aku, terpaksa selalu bermanis manja dengan Dyna. Aku dan ayah suka tertawa melihatnya. Tapi ibu tetap nekad, tak merestuiku.

Pembaca, mengapa rupanya kalau aku menikah dengan janda. Iya sih,karena janda cerai, ibu benar juga kalau nanti masalah Divana akan membuat repot, dan selalu akan berhubungan dengan mantan suaminya. Tapi itu kan perkara mudah, aplagi mantan suaminya sudah punya istri lagi. Benar juga, ibu tak ingin aku kecewa karena mendapatkan perempuan yang lebih matang di dalam berumah tangga, kata ibu, posisi kami tak seimbang, aku kalah. Tapi bukankah itu bagus, aku jadi bisa belajar pada Dyna. Tapi ruwetlah, ibu tetap tak setuju. Payah. Gak bisa lagi dinegosiasi. Buntu tu tu. Mumet met met. Kacau. Aku jadi kasihan sama Dyna.

Pernah aku berpikir untuk menghamili Dyna dulu agar direstui. Eh, malah Dyna yang nggak mau. Katanya, rencana itu banyakan enak diaku gak enak didia, hahaha... Pusinglah. Bagaimana nih, bantu aku ya? untuk redaksi yang memuat curhatku ini, aku janji, saran yang baik dan bisa aku realisasikan, akan aku berikan kenang-kenangan deh. Please, dimuat ya? Maturnuwun.

Dalam Mimpi Dua Lelaki

Pembaca yang budiman, di sini pada kesempatan yang baik ini pula, aku ingin mnegajak pembaca sekalian untuk ikut merasakan apa yang aku rasakan dalam kehidupanku ini.

Curahan hatiku yang akan aku beberkan semua di sini tanpa harus membuka jati diriku yang sesungguhnya. Mungkin semua orang atau bahkan seluruh dunia bila melihatku pasti langsung bisa menebak kalau aku seorang gadis yang amat sangat lugu dan polos, terlihat dari penampilanku, gaya bicaraku, cara pandangku, jalan pikiranku. Semuanya setuju memvonis kalau aku gadis yang lugu.

Nah, mungkin dari kepolosanku itulah ladang usaha bagi seseorang untuk membodohiku bahkan sampai menyakitiku.

Tepatnya waktu aku berumur 21 tahun datanglah seorang pemuda ke dalam kehidupanku. Mungkin dari kepolosanku waktu itu, aku langsung mengiyakan ketika dia mengajak berpacaran. Juga dari keluguanku itulah aku berpikir, bahwa semua pemuda itu baik, sehingga aku berani memutuskan pacaran walaupun baru dalam 2 minggu perkenalan.

Hari-hariku menjadi indah, dunia seakan milik berdua. Karena itu adalah cinta pertamaku. Kenangan yang tak pernah tergantikan. Khayalanku pun semakin tinggi, aku berharap dia adalah lelaki yang diciptakan untukku, jadi pasanganku, jadi jodohku untuk yang pertama dan terakhir dalam kehidupanku.

Tapi mimpi tak selamanya jadi kenyataan, keinginan tak selamanya bisa terwujud, dan khayalan tak selamanya sesuai harapan.

Saat kubuka dan kubaca surat beramplop kuning, di bait terakhir bertuliskan "semoga dukamu hari ini menjadi senyummu di hari esok". Hatiku hancur berkeping-keping. Cinta pertamaku putus di tengah jalan. Aku tidak bisa menerima semua ini. Dia lebih memilih wanita lain yang memang jauh lebih segala-galanya dari diriku. Sedangkan aku hanya punya cinta dan kesetiaan. Tak lebih dari itu.

Mimpiku musnah sudah. Rencana pernikahan yang pernah kami rancang, harus aku kubur sendiri dalam-dalam. Saat itu aku hanya bisa menangis dan larut dalam kesedihan. Dalam kegelisahanku, aku pernah berniat untuk mengakhiri hidupku. Alhamdulillah, karena sedikit bekal ilmu agama aku mengurungkan niatku, bahwa seseorang tak berhak meminta paksa nyawa seseorang apalagi nyawanya sendiri. Tapi aku harus bangkit, aku harus menerima dan siap menghadapi kenyataan terburuk sekalipun. Mungkin itu adalah konsekwensinya orang bercinta. yah, patah hati.

Perlahan namun pasti, itulah yang aku rasakan waktu itu. Aku mulai membuka lembaran-lembaran hidupku yang baru dan menutup rapat-rapat kenangan masa laluku yang suram.

Enam bulan berlalu, ada peristiwa yang tak pernah terlupakan dalam hidupku. Aku dipaksa kawin orangtuaku dengan seseorang yang sama sekali tidak aku cintai. Terasa belum pulih ingatanku tentang cinta pertamaku yang putus di tengah jalan, sudah ada masalah yang siap menanti.

Hatiku hancur manakala orangtuaku menyetujui pernikahan itu. Mengapa mereka tidak menanyakan hal itu kepadaku, bukankah itu hak seorang gadis untuk menerima atau menolak pinangan seseorang?

Dua bulan kemudian pernikahan itu berlangsung. Aku mungkin bisa saja menggagalkan pernikahan itu dengan cara kabur atau apalah, tapi itu tidak bisa menyelesaikan masalah. Aku harus menjaga nama baik keluargaku di mata masyarakat, walaupun harus dengan mengorbankan diriku sendiri.

Ketika aku resmi menjadi seorang istri, aku hanya bisa berharap ini adalah yang terbaik untukku. Awal dari kebahagiaanku. Tapi aku merasa diriku ditakdirkan hanya untuk menderita. Kebahagiaan seakan sealalu menjauh dari kehidupanku. Semua yang aku impikan dalam pernikahanku ternyata awal dari penderitaan hidupku yang sesungguhnya.

Pertama mneginjakkan kaki di rumah suamiku, aku disambut wajah masam oleh ibu mertuaku, pertanda ketidaksukaannya padaku. Tapi mengapa dia tidak menghentikan saja pernikahanku bila tidak bisa menerima kehadiranku? Seandainya dia tidak mengijinkan pernikahan itu terjadi, aku pasti akan berbahagia dan tidak akan merasakan semuanya ini. tapi nasi sudah menjadi bubur, aku harus tegar menjalani semua ini.

Hari-hari bertambah kelam. Seperti di neraka, panas dan membosankan. Sebutan kere dan sial selalu mnejadi makanan sehari-hariku, apalagi bila suamiku tidak ada di rumah, aku seperti mendengarkan radio non-stop yang selalu mengusik panas di telinga. Aku memang selalu mengeluh pada Tuhan, mengapa kau mendapat suami yang sama sekali tidak aku cintai dan ibu mertua yang sangat membenciku.

Selang beberapa bulan aku hamil, dan akhirnya melahirkan seorang anak laki-laki. Aku berharap dengan melahirkan cucunya, ibu mertuaku bisa mengubah sikapnya ke aku. Ternyata tidak sama sekali, ia masih tetap acuh tak acuh kepadaku.

Akhirnya kami berdua sepakat untuk mempunyai rumah sendiri. Aku mulai membuka diri untuk suamiku. AKu merasa sangat membutuhkannya. Dia memang suami yang baik dan bertanggung jawab. Perlahan aku mulai mencintainya. AKu juga merasa sangat bahagia karena sudah tidak satu atap lagi dengan ibu mertuaku. Tapi kebahagiaan itu hanya sekejap aku rasakan. Dia masih saja mengganggu kehidupan rumah tanggaku.

Tak beberapa lama, ibu mertuaku mengalami sakit keras. kabar yang sangat mengagetkan, lebih mengagetkan lagi ketika dia memberikan pilihan kepada suamiku; melihat ibunya meninggal atau harus menceraikna istrinya. Dua hal yang sangat membingungkan hati suamiku, antara ibu yang telah melahirkan dan membesarkan atau istri yang telah memberikan keturunan.

Aku bingung, dalam kondisi seperti itu pun ibu mertuaku masih saja membenciku, hanya karena kau terlahir dari keluarga yang tidak mampu.

Ketakutan yang kusimpan sendiri akhirnya terjawab sudah. Suamiku lebih memilih ibunya daripada harus mempertahankan rumah tangganya. Seperti disambar gledek di siang bolong ketika suamiku mengucapkan talak satu kepadaku. Linangan air mata tak terbendung lagi. Rasa cinta yang mulai kupupuk kini luntur sudah bersamaan dengan derasnya air mata yang mengalir. rasa itu lebih menyakitkan daripada cinta pertamaku yang putus di tengah jalan. Tapi aku harus kuat menjalani semua ini. Aku tidak boleh larut dalam kesedihan, karena itu perbuatan sia-sia, seperti membuang garm ke laut.

Aku memutuskan untuk pulang ke rumah orangtuaku. Dengan status janda ku orang-orang di sekelilingku mulai membicarakanku. Singkat cerita, aku dipertemukan kembali dengan cinta pertamaku yang kebetulan sudah meduda selama dua tahun karena dicampakkan istrinya. Aku bersimpati kepadanya seolah aku lupa akan semuahal menyakitkan yang pernah dilakukan kepadaku. Karena status yang sama, akhirnya kami semakin dekat. benih-benih cinta kini mulai tumbuh kembali, istilahnya cinta lama bersemi kembali.

Kebahagiaan serasa menghampiri kehidupanku waktu itu. tapi di tengah kebahagiaan itu, datang mantan suamiku. Dia mengajakku rujuk kembali. Dia merasa sudah tidak ada yang menghalangi untuk hidup bersamaku lagi, karena ibunya sudah meninggal. Dia ingin kumpul lagi seperti dulu, bahagia bersama ayah-ibunya. Sedangkan aku seperti mendapat tekanan batin. Aku sudah terlanjur janji untuk hidup bersama dengan cinta pertamaku.

Aku dihadapkan pada persoalan yang rumit. Dihadapkan pada dua lelaki yang pernah masuk dalam kehidupanku sekaligus yang pernah menyakitiku. Aku bingung dengan semua ini. Satu sisi aku ingin hidup bahagia bersama cinta pertamaku, juga aku merasa tidak sanggup berpisah darinya. Sisi lain bila kau melihat buah hatiku, orang yang paling aku sayangi di dunia ini, menderita, aku paling tidak tega. Aku tidak tega menghancurkan harapannya untuk kumpul bersama ayah dan ibunya.

Pembaca, seandainya itu terjadi pada Anda, siapakah yang akan Anda pilih? Haruskan menuruti ego dan buah hati menderita, ataukah menuruti sang buah hati tapi hati terasa tersiksa? Aku mohon pecahkanlah permasalanku...

0815427350XX, Jauhilah Suamiku

AKU seorang ibu dari dua orang putri yang tengah beranjak remaja. 15 tahun perkawinanku dengan seorang pria yang selalu kusebut Casanova. Bukan tanpa alasan kusebut dia dengan nama itu, karena aku selalu tahu dan paham watak dan tingkah laku suamimu. Ya, dia adalah tipe pemuja wanita. Sangat menghamba pada wanita. Dan meskipun hubungan perkawinanku selalu diwarnai dengan perselingkuhannya dengan wanita lain, tapi aku tetap mengagumi dan mencintai dirinya. Ada satu hal yang membuatku selalu kagum padanya, dia selalu jujur padaku tentang apa yang semua telah dia lakukan.

Meskipun aku begitu paham siapa Casanovaku, tapi aku tetap seperti wanita lain juga, yang acap merasa sedih, cemburu, sakit, merasa diabaikan, tiap kali aku tahu hubungannya dengan wanita lain. Meskipun aku selalu dapat menghibur hatiku dengan kenyakinan bahwa apa pun yang terjadi, dia akan tetap kembali padaku dan pada anak-anak kami.

Tapi akhir-akhir ini keyakinanku mulai goyah. Aku mulai merasakan ada yang berbeda dan berubah dari suamiku. Kejujurannya mulai kuragukan, dan sikapnya yang selalu mencari kesalahanku dan kesalahan anak-anakku membuatku merasa ada yang salah dan gelisah. Ada apa di balik semua ini? Dan kegelisahanku itu akhirnya mulai terjawab, saat aku membaca sebuah SMS di ponselnya. Ternyata mulai ada wanita lain yang menggoda hatinya. Aku tidak tahu siapa wanita itu, juga tidak berusaha mencari tahu. Sebut saja dia 0815427350XX. Melalu "Curhat" ini aku berharap dia, pemilih nomor pinsel itu, membaca dan tahu kenyataan yang sebenarnya.

0815427350XX, siapa pun kamu, saat ini kamu adalah perenggut kebahagian keluargaku. Maaf jika ini mempermalukanku. tapi, meskipun kamu telah berganti nomor ponsel, aku sangat tahu kamu masih selau berhubungan dengan suamiku, Casanovaku.

0815427350XX, tolong sadarilah apa yang kamu lakukan saat ini hanyalah merendahkan diri kamu sendiri. Sehebat apa pun kamu, kamu hanyalah wanita simpanan, dan apa pun yang kamu lakukan dengan Casanovaku adalah sebuah perzinahan. Kamu tidak hanya merendahkan diri kamu di hadapan manusia lain, tapi di mata Tuhan kamu pun tidak memiliki arti lain, kamu hina dina di mata-Nya.

0815427350XX, coba posisikan dirimu sebagai aku, yang telah 15 tahun mendampingi Casanova, lengkap dengan sedih dan gembiranya, sakit dan senangnya, tangis dan tawanya. Mungkinkah kamu melepaskan suamimu kepada wanita lain yang akan merebutnya darimu. Apakah tidak ada lelaki lain yang dapat kau cintai selain suamiku?

0815427350XX, seharusnya sebagai sesama wanita kita dapat saling menjaga, jangan sampai wanita hanya dijadikan alat pemuas nafsu lelaki semata. Karena itu harus kamu sadari, perselingkuhan tidak akan pernah terjadi jika seorang wanita mampu menolak. Wanitalah yang seharusnya bisa menentukan apakah dirinya akan menjadi alat pemuas nafsu lelaki saja atau menilak dan memilih menjadi seorang waita sejati yang menghargai kesucian hati dan tubuhnya, menjaga hanya untuk suami dan anak-anaknya, menjaga seluruh cinta hanya untuk keluarganya. 0815427350XX, tolong jangan jadikan wanita semakin rendah di mata pria, dan jangan biarkan wanita seperti kamu menjadi penghuni neraka.

0815427350XX, melalui surat ini aku berharap dapat mengerti dan memahami keinginaku dan perasaanku. Akhirilah hubunganmu dengan Casanovaku. Binalah hubungan yang lebih baik dengan pria lain, yang bukan suami orang lain, tanpa harus menyakiti hati wanita lain. Jika kamu dapat mengerti dan memahami arti cinta yagn sesungguhnya, kamu akan mengerti betapa indahnya kesetiaan, pengorbanan untuk cinta. Tolong hargai pengorbananku selama ini, yang aku lakukan untuk Casanovaku dan dua orang putriku. Semoga kamu temukan cinta sejati kamu. Dan satu yang harus kamu ketahui, aku tidak akan pernah membiarkan seorang wanita pun merebut Casanovaku dari tanganku dan cinta anak-anakku. Percayailah hal itu!!

Jika pun Karam, Karamlah...

Jika pun Karam, Karamlah...

KETIKA memutuskan menikah dengannya, tak pernah kubayangkan akan begini jadinya rumah tanggaku; hambar, tanpa senyum kebahagiaan. Padahal, rumah tangga ini kami bangun dengan cinta dan kepercayaan. Aku misalnya, telah terbiasa bekerja sedari kulian. Barangkali, keberadaannku sebagai keluarga yang pas-pasan, membuatku selalu ingin mandiri, dan tak ingin tergantung siapa pun. Berbeda dari suamiku, yang lahir dari kalangan berkecukupan. Hidup dia jalani dengan ringan, karier dan kerja, dia percayai akan hadir, menunggunya, kemudian. Karena itulah, ketika menikah, aku yang bekerja. Dia menganggur dan merokok saja.

Aku pun terbiasa dengan kondisi itu. Pagi bekerja, sore menjadi ibu rumah tangga, malam bercinta. Semua kuanggap biasa, pengorbanan untuk masa depan, cinta, dan cita-cita kami berdua. Seluruh biaya rumah tangga aku tanggung, tanpa satu pun keluhan. Aku percaya, kelak, ketika suami bekerja, dia akan membagi beban ini, bersama.

Barangkali, karierku yang cukup mapan di suatu biro jasa itulah yang membuat pikiranku ringan. Uang tersedia, karier punya, suami mencinta dan setia. Bahagia. Tak heran, kemudian aku hamil dan melahirkan dengan segera. Keluarga kami pun penuh suka cita. Sampai usia perkawinan ke lima....

Perusahaanku bekerja tak lagi memiliki posisi untukku di kota ini. Aku diminta ke kantor pusat di Jakarta, sesuai dengan promosi atas kinerjaku yang mereka nilai luar biasa. Penghargaan itu seharusnya aku terima dengan suka cita. Tapi, tak mungkin kutinggalkan kota ini, dengan segenap kisah cintaku, dan rumah tangga bahagia di dalamnya. Aku menolak, tapi kantorku tak punya kebiasaan ditolak karyawan. Hanya satu pilihan, aku ke Jakarta, atau melepaskan pekerjaan. Aku memilih kedua.

Situasi sulit akhirnya melanda rumah tanggaku. Dengan tabungan yang tak seberapa, rumah tanggaku mulai oleng secara ekonomi. Usia anak yang 4 tahun dan harus masuk TK, butuh biaya yang cukup besar. Aku mulai panik, dan sedikit bertengkar dengan suami. Karena, selama 5 tahun ini, dia memang tak bekerja, atau melemparkan lamaran. Pertengkaran kecil itu ternyata memacu egonya. Dia melamar, dan diterima bekerja. Dengan posisi yang lumayan di kantornya. Barangkali, koneksinya memang banyak, sehingga pekerjaan itu dengan cepat dia dapatkan. Aku bergembira.

Di saat bersamaan, aku pun kembali bekerja. Tapi, posisiku hanya staf biasa, dengan penghasilan yang berbeda jauh dari sebelumnya. Tapi aku bersyukur. Kukira, kekurangan gajiku sekarang, telah ditutupi oleh karier suamiku. Nyatanya aku salah. Sejak awal, aku tak menerima gaji suami. Kalau kutanya, ada-ada saja alasannya. Untuk inilah, untuk itulah, akhirnya kami bertengkar. Untuk susu dan jajan anak saja, dia tak punya uang. Aku sampai bingung, sebenarnya dia kemanakan gajinya. Akhirnya, karena malas bertengkar, aku pun mencukup-cukupkan gajiku. Tak kuhiraukan dia, juga gajinya. Aku tak ingin, karena uang, rumah tangga ini jadi neraka. Aku berdamai saja dengan kondisi itu.

Tapi kediamanku ternyata lain di mata suami. Dia malah kian tak peduli, dan tak pernah memberi gaji. Aku mulai merasa aneh, dan terhina. Bayangkan, 5 tahun "kuhidupi" dia, tapi ketika dia mampu dan bekerja, tak ada sedikit pun sisa kebaikanku itu dapat kuterima. Malah, suamiku, ayah anakku itu, mendua. Tanpa dia sadari, aku mengetahui asmara keduanya. Kami pun bertengkar hebat, dan dia tak kuasa untuk mengakui bahwa dia memang telah mendua.

Sakit. Sakit sekali rasanya. Rumah tangga yang kubangun dengan segenap cinta dan percaya, ternyata berjalan di atas pondasi kebohongan dan perselingkuhan. Aku pun tak betah di rumah, merasa panas dan gerah. Karena itu, sisa waktuku setelah bekerja, kubaktikan untuk kegiatan lainnya. Lewat seorang teman, aku pun bersinggungan dengan sebuah partai politik. Aku menikmati sekali kegiatan itu, dapat melepaskan suntuk dan kecewa atas rumah tanggaku.

Di situ juga, aku kenal dengan Onh. Dari teman diskusi politik, hubungan kami akhirnya jadi dekat, dan dia kujadikan teman curhat. Tapi, kedekatanku dengan lelaki dalam kondisi rumah tangga yang demikian, memang berbahaya. Aku jadi gampang menemukan dan melihat "kebaikan" yang tak dipunyai suamiku. Dari sekadar teman curhat, pelan hubungan kami berubah menjadi teman berbagi nikmat. Entah bagaimana, apakah karena kecewa atau tuntutan dendam juga, tiba-tiba aku pun telah berselingkuh dengan Onh. Sebuah dosa yang begitu kusesali, tapi ketika terjadi, aku seperti burung yang masuk perangkap, tak ada jalan keluar lagi. "Kejahatan" suami membuatku bisa "membenarkan" perselingkuhanku. Kadang aku merasa betapa gilanya aku, tak bermoral dan beragama. Aku kadang stress dan goyang dengan keadaan ini. Tak percaya, bahwa akhirnya, karena kecewa, aku pun terperosol ke lubang yang sama dengan suamiku. Seperti dia, aku pun menjadi tak setia. Dalam kondisi waras dan sadar, aku jadi menangis sejadi-jadinya. Salah dan sesal, dosa dan hina, seakan ditumpahkan ke mukaku. Tapi, ketika ingat tingkah suami, aku tak punya cara lain untuk kuat dan lari, kecuali pada Onh. Aku tahu ini jalan yang salah, tapi aku tak bisa kembali.

Apakah suami tidak curiga? Kukira tidak. Onh adakah teman baiknya juga. Selain itu, suami sangat percaya bahwa aku mencintainya, dan takkan bisa hidup tanpa dia. Sebuah kepercayaan yang benar. Aku memang mencintainya. Dan karena itu, kalau pun aku berselingkuh, jauh di dasar hatiku, selalu terselib rasa tersiksa. Aku menjalaninya, karena jauh di dasar hati, aku tahu, suamiku telah lama tak lagi milikku. Hanya Onh itu saja yang bisa kumiliki, meski kepemilikan yang tak sempurna.

Dalam situasi yang kacau itu, muncul masalah baru. Suamiku punya utang. Dan utang itu atas namaku. Kok bisa? Ya begitulah, karena saat tak bekerja dulu, seluruh kartu kredit dan kegiatan keuangan lainnya, memakai namaku. Dan kini, ketika jatuh tempo, akulah yang menanggungkannya. Suami seperti lepas tangan begitu saja, dan berlaku seperti tak ada apa-apa. Aku begitu lelah menghadapi tekanan batin demikian. Dan itu berpengaruh ke fisikku. Jika stres demikian, aku acap mengalami pendarahan. Fisikku merespon kegalauan jiwaku, dan kian menambah ruwet masalahku.

Kini, aku terjebak dalam situasi yang tak kumengerti. Ada dua asmara di rumah tangga kami. Rumah tangga yang kami bangun dengan cinta dan percaya, kini berada dalam mulut dosa dan dusta. Aku tak tahu lagi harus bagaimana mengendalikan bahtera ini. Apakah akan karam atau dapat berlayar kembali, kuserahkan saja pada kehendak-Nya. Aku, sungguh, tak kuasa lagi, berpikir dan berharap memperbaikinya. Apa pun yang terjadi, terjadilah. Kalau pun karam, karamlah. Au sudah teramat lelah, teramat lelah....