Kamis, 21 Januari 2010

Ketika Anak-anak Jadi Kernet Bus...

Pemandangan ini mungkin tak terlalu mengejutkan. Tapi, ada perasaan trenyuh ketika melihat seorang anak bergelantungan di pintu bus sambil berteriak "Cilandak, Blok M, Cilandak, Blok M" atau "Sudirman, Salemba, Kampung Melayu". Tangan kecilnya yang menggenggam recehan mengetuk-ngetuk kaca bus setiap ada penumpang yang mau turun.

Didit (10), bukan nama sebenarnya, terlihat anteng di pintu Metromini 610 jurusan Pondok Labu-Blok M. Tangan kirinya memegang segepok uang kertas ribuan hingga lima puluh ribuan, sedangkan tangan kanannya memegang pintu bus.

Dengan gesit pula dia turun ke jalan ketika ada penumpang yang naik, meminta ongkos mereka, kemudian menyusun kembali tumpukan uang di tangan kirinya. Didit menolak diajak ngobrol. Tak jelas, apakah ia tak mau dikorek-korek atau takut kepada sopir metromini. Dia hanya menyebutkan nama dan menggeleng ketika ditanyakan apakah si sopir adalah ayahnya. Dari gelagatnya, tampaknya dia baru menjadi kernet bus.

Pindah profesi tak selesaikan masalah

Sekretaris Jenderal Komnas Perlindugnan Anak Arist Merdeka Sirait kontan menjawab bahwa "rasa takut" dan "kemiskinan" sebagai kata kunci fenomena ini. "Mereka itu kan rata-rata miskin. Di jalan, mereka ketakutan. Pindah profesilah. Tapi juga penuh ancaman, tidak menyelesaikan masalah," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (20/1/2010).

Menurut Arist, ketika mereka menjadi kernet bus pun kekerasan tetap mengintai, paling tidak kekerasan verbal, seperti dibentak-bentak. Kebijakan yang tidak pro-anak, seperti menekan angka anak jalanan yang dilakukan dengan pengusiran oleh satpol PP, justru membuat anak jalanan seperti "keluar dari mulut harimau lantas masuk ke mulut buaya". "Negaralah yang paling bertanggung jawab dalam kondisi ini," ujar Arist.

Konstitusi menjamin bahwa fakir miskin dan anak-anak telantar dipelihara oleh negara. Orangtua pun bertanggung jawab. Hanya saja karena kemiskinan mereka, tanggung jawab sering ditinggalkan begitu saja. "Makanya, (negara) berdayakan kemiskinan. Anak digali potensinya, dipetakan masalahnya, kemudian dicarikan jalan keluarnya," tandasnya. http://megapolitan.kompas.com/read/2010/01/20/14252548/Ketika.Anak.anak.Jadi.Kernet.Bus...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar