Mujiyo mengatakan, penyakit aneh tersebut sudah diderita Nivitasari sejak anaknya masih kecil. "Sejak lahir sepertinya sudah sakit, bahkan saat usianya dua tahun, ia belum bisa berjalan seperti anak seusianya," ujarnya kepada KRjogja.com di rumahnya, Kamis (11/2).
Nivita sempat bisa berjalan hingga usianya sekitar enam tahun. Menurut pengakuan Mujiyo, Novita berjalan dengan sempoyongan. Selain itu, gadis itu mengalami kesulitan bicara dan mendengar. Ketika memasuki usia tujuh tahun, Nivitasari mulai menunjukkan perilaku aneh. Ia memukulkan kepalanya ke lutut sebelah kiri. "Bahkan, jika dibiarkan, ia akan memukulkan kepalanya ke kayu tempat tidur," paparnya.
Gadis itu memukulkan kepalanya hingga lebam. Lanjutnya, sejak kebiasannya memukulkan kepala ke lutut, Nivitasari mengalami kebutaan. "Kami tidak bisa menghentikannya, bahkan jika diberi bantalan dari kain agar empuk, ia menolak dan melepasnya," terangnya.
Mujiyo mencoba menyembuhkan anaknya pada pengobatan alternatif di desa tetangga. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Meski demikian, ia mengaku belum pernah membawa anaknya berobat ke dokter spesialis dan rumah sakit besar. Lelaki yang keseharianya bekerja sebagai perajin gula kelapa itu mengaku kesulitan biaya. Sedangkan Leginem hanya berprofesi sebagai buruh tani. "Penghasilan saya tidak seberapa. Kami takut akan kesulitan membiayai pengobatan," tuturnya.
Lurah Semagung, Jono Efendi mengungkapkan, Mujiyo termasuk keluarga kurang mampu. Mereka juga telah masuk dalam program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Pemerintah desa juga berupaya mencari bantuan untuk penyembuhan Nivita. " Nivitasari pernah mendapat bantuan kursi roda dari sebuah yayasan di Jakarta. Kami juga mengusulkan keluarga Nivita untuk mendapat bantuan jatah hidup kepada Departemen Sosial," paparnya. Ditambahkan, hingga kini secara medis penyakit yang diidap oleh Nivitasari belum diketahui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar