Rabu, 24 Februari 2010

Hati-hati Selingkuh Hati!

Selingkuh seperti sebuah kecelakaan tak disengaja yang lalu dinikmati efek 'tabrakannya'. Seperti juga mencuri mangga tetangga terasa lebih nikmat daripada beli sendiri. Begitulah kira-kira perumpamannya. Ada rasa takut yang menyelip tetapi nikmat, seperti adrenalin yang berpacu di dalam tubuh.

Lalu, muncul di sesela hati tentang perasaan lain, mulai membeda-bedakan apa yang didapat di dalam rumah dengan yang didapatnya di luar rumah. Ada perasaan hangat teraliri dalam tubuh karena merasa diperhatikan, lalu parahnya timbul perlahan rasa takut kehilangan pada orang yang salah. Aneh? Tidak juga.

Fenomena selingkuh memang sudah makin merajai di kalangan wanita bekerja. Di tengah himpitan beban pekerjaan yang menumpuk, tak lagi intens membuka komunikasi dengan suami dan hanya sebatas membahas hal-hal penting saja, tentang anak atau keperluan rumah tangga, ditengarai sebagai pemicu terjadinya perselingkuhan.

Tak dipungkiri, wanita butuh mengungkapkan perasaan mereka dan curhat menjadi sarana yang tepat. Dimulai dari sekedar makan siang bersama sahabat pria, curhat tentang pekerjaan lalu makin akrab dan tak sadar telah melanggar batas-batas yang ada, menjurus pada persoalan pribadi.

Memang betul pepatah yang mengatakan, terlalu berlebihan itu memang tidak baik. Begitu juga saat curhat, jika dosisnya berlebihan dan terus berkembang ke arah obrolan mesra, berhati-hatilah. 'Bahaya curhat' mengintai saat Anda dan pasangan selingkuh mulai main kucing-kucingan, bertemu dan berkomunikasi di jam-jam yang telah disepakati bersama. Tak dipungkiri makin canggihnya teknologi yang memberi kemudahan komunikasi tanpa batas, baik lewat sms atau chatting di 'kotak pesan', para selingkuhers berlomba-lomba melakukan dosa indah. Acara 'kopi darat' pun jadi semakin lancar jaya.

Kondisi inilah yang lalu memunculkan emotional affair atau dalam istilah umumnya, selingkuh hati. Hal ini terjadi karena kita merasa memiliki 'chemistry' dengan pria selain pasangan. Bukan tentang berbagi kenikmatan bersetubuh saja, tetapi lebih karena hati dan perasaan yang terlibat di dalamnya. Sensasi 'cinta terlarang' yang menggelora itu bahkan sama dengan kenikmatan saat intim. Inilah yang kemudian diistilahkan dengan head sex.

Konon banyak orang mengatakan bahwa pria lebih senang melakukan perselingkuhan tubuh tanpa melibatkan hati (no hard feeling). Sedang wanita sebaliknya, cenderung melibatkan perasaan mereka. Hal ini tentu saja berdampak parah bagi wanita. Saat wanita disibukkan dengan khayalan dibuai 'cinta terlarang', para prianya malah merasa biasa-biasa saja.

Tak dipungkiri juga, saat pria intens membuka komunikasi dengan sahabat perempuannya, para pria itu menyelipkan hidden agenda yaitu curhat berakhir sesi 'get laid' dengan sahabat perempuan. Fatalnya, jika ini sudah terpenuhi maka gairah perselingkuhan itupun tak lagi membara. Sementara di lain sisi, wanita sudah terlanjur melibatkan hati dan emosinya, hingga semakin sulit melepaskan dan timbul rasa ingin memiliki. Gotcha!, inilah akibatnya, para wanita itupun lalu terjebak dalam hubungan tanpa status.

Lalu, jika Anda sudah terlibat selingkuh hati, apakah lebih baik mengakui hal ini kepada pasangan atau lebih baik diam? Jawabannnya, tergantung pada situasi dan niat. Jika ingin tetap mempertahankan cinta terlarang itu, maka perkawinan Anda beresiko bubar jalan. Namun jika memilih mengakui cinta terlarang itu hadir dalam perkawinan Anda dan pasangan, maka konsekuensinya pasangan Anda akan kecewa dan itu tugas Anda untuk menyembuhkan luka hatinya.

Bila Anda memilih mengakhiri 'cinta terlarang' itu, ada baiknya segera hentikan semua bentuk tindakan yang mengarah pada penunjukan rasa sayang, seperti ngobrol mesra atau janji kencan. Bicarakan hal ini dari hati ke hati dengan pasangan. Saat melakukan 'pengakuan dosa', pertimbangkan juga momen yang tepat dan kesiapan mental pasangan, ini mencegah agar tak menimbulkan masalah baru. Dengan kepala dingin, Anda dan pasangan bisa saling instropeksi dan mencari win-win solution.

Selingkuh hati adalah 'alarm pembangun'. Saat mulai terjadi ketidakberesan dalam perkawinan Anda, alarm itu akan berbunyi. Agar alarm peringatan itu tak berbunyi, mulailah ciptakan kebersamaan dan keterbukaan dengan pasangan setiap saat. Sebagai contoh, Anda bisa meluangkan waktu sejenak setelah pulang kantor untuk bermanja-manja dengan pasangan.

Perlu Anda ketahui, selingkuh apapun itu jenisnya adalah bentuk pelarian sesaat. Selingkuh hanyalah milik pengecut yang tidak bisa menerima kenyataan hidup. Sebelum berujung menyakitkan hati Anda, teman selingkuh Anda, dan masing-masing pasangan, segeralah perselingkuhan itu diakhiri. Anda tentu tidak akan mau 'terbakar' kan?, jadi jangan pernah 'bermain api'.

1 komentar: