Seorang perempuan muda pulang ke kamar kosnya di Grogol, Jakarta Barat. Raut muka yang kekelahan tak menghilangkan kecantikan dari wajahnya. Setelah rehat sejenak, dia menuju kamar mandi di pojokan kosan. Sementara, adzan subuh baru saja selesai dikumandangkan.Usai mandi dan membersihkan diri, dipakainya mukena setelah dia kembali ke kamar. Usai salat subuh dia tidak bangkit, namun larut dalam titik air mata di pipinya."Teteh.. Sudah pulang yah," tiba-tiba seorang perempuan mengetuk pintu kamarnya.
Perempuan muda itu yang bernama Susan (28), bangun dan membuka pintu. "Ramai di kampus Ti?" tanyanya."Lumayan Teh, ada lima tamu. Teteh dapat tamu berepa?" dia bertanya balik. "Sepi Ti. Tadi ada tamu yang baik cuma kasih uang saja. Lumayan," jawab Susan. Begitulah kehidupan sehari-hari sejumlah perempuan muda yang berprofesi sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) di kawasan Jakarta Barat. Mereka bertebaran di sejumlah diskotek, bar, karaoke dan panti pijat, yang tersebar di sepanjang Jl Daan Mogot, Jl Tubagus Angke dan Grogol ini.
Mereka bekerja mulai sore hari hingga subuh. Banyak alasan klise bila ditanya kenapa mereka menceburkan diri di dunia hiburan malam. Ada yang patah hati diputus pacar atau dicerai suami, korban perkosaan, korban kawin muda, hingga alasan ekonomi lainnya untuk membantu keluarga.
Daerah asal mereka pun beragam, seperti Indramayu, Tegal, Cirebon, Subang, Sukabumi, Bogor dan beberapa daerah lainnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Keberadaan mereka tentunya sangat bermanfaat bagi para pria pemburu nafsu semata. Dari merekalah para perempuan ini memperoleh sejumlah uang, yang sebenarnya tak seberapa di bandingkan pekerjaan berlumur dosa itu. "Habis mau gimana lagi? Ini juga karena keadaan. Untuk bantu ibu dan anak satu-satunya," cerita Susan saat bincang-bincang dengan detikcom, Selasa (19/1/2010) malam.
Susan yang asal Subang, Jawa Barat, sudah bekerja sebagai PSK sejak umurnya 18 tahun, tepat 10 tahun lalu. Ia terjun ke dunia malam ini karena sang suami telah meninggal dunia karena sakit di kampungnya. Dia memang dijodohkan dengan pria tua namun cukup berada."Ini juga diajak teman yang sudah kerja seperti ini," tandasnya.
Diakui Susan, dia sekarang sudah jenuh setelah sekian lama menjadi PSK. Apalagi tempatnya biasa mencari pria hidung belang semakin sepi. Susan mengatakan hanya ibunya yang tahu kalau dia menjadi PSK di Jakarta. "Anak, adik dan kakak nggak ada yang tahu. Awalnya ibu menangis. Saya bilang, bagaimana pun seorang anak harus minta doa dan restu ke ibu," kenangnya.Perempuan lulusan SMP ini pun lantas mengatakan berniat berhenti menjadi PSK tahun ini. "Saya mau berhenti dan tobat, Bang. Dosa saya banyak. Tahun ini harus berhenti, anak sih mintanya sekarang-sekarang aja," ucapnya sambil menyundut sebatang rokok.
Tatapannya lalu menerawang sambil mengepulkan asap rokok. Hanya satu pikiran yang terucap. "Tuhan mau ampuni gue nggak ya?" ujarnya.Perempuan berkulit putih ini pun lalu larut dalam pikirannya sendiri. Mungkin mencoba mencari pembenaran dalam hidupnya. Persis seperti yang dinyanyikan Titiek Puspa lewat 'Kupu-kupu Malam'. "Yang dia tahu, hanyalah menyambung nyawa..."
http://www.detiknews.com/read/2010/01/20/184832/1282767/159/tuhan-ampuni-gue-nggak-ya
Perempuan muda itu yang bernama Susan (28), bangun dan membuka pintu. "Ramai di kampus Ti?" tanyanya."Lumayan Teh, ada lima tamu. Teteh dapat tamu berepa?" dia bertanya balik. "Sepi Ti. Tadi ada tamu yang baik cuma kasih uang saja. Lumayan," jawab Susan. Begitulah kehidupan sehari-hari sejumlah perempuan muda yang berprofesi sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) di kawasan Jakarta Barat. Mereka bertebaran di sejumlah diskotek, bar, karaoke dan panti pijat, yang tersebar di sepanjang Jl Daan Mogot, Jl Tubagus Angke dan Grogol ini.
Mereka bekerja mulai sore hari hingga subuh. Banyak alasan klise bila ditanya kenapa mereka menceburkan diri di dunia hiburan malam. Ada yang patah hati diputus pacar atau dicerai suami, korban perkosaan, korban kawin muda, hingga alasan ekonomi lainnya untuk membantu keluarga.
Daerah asal mereka pun beragam, seperti Indramayu, Tegal, Cirebon, Subang, Sukabumi, Bogor dan beberapa daerah lainnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Keberadaan mereka tentunya sangat bermanfaat bagi para pria pemburu nafsu semata. Dari merekalah para perempuan ini memperoleh sejumlah uang, yang sebenarnya tak seberapa di bandingkan pekerjaan berlumur dosa itu. "Habis mau gimana lagi? Ini juga karena keadaan. Untuk bantu ibu dan anak satu-satunya," cerita Susan saat bincang-bincang dengan detikcom, Selasa (19/1/2010) malam.
Susan yang asal Subang, Jawa Barat, sudah bekerja sebagai PSK sejak umurnya 18 tahun, tepat 10 tahun lalu. Ia terjun ke dunia malam ini karena sang suami telah meninggal dunia karena sakit di kampungnya. Dia memang dijodohkan dengan pria tua namun cukup berada."Ini juga diajak teman yang sudah kerja seperti ini," tandasnya.
Diakui Susan, dia sekarang sudah jenuh setelah sekian lama menjadi PSK. Apalagi tempatnya biasa mencari pria hidung belang semakin sepi. Susan mengatakan hanya ibunya yang tahu kalau dia menjadi PSK di Jakarta. "Anak, adik dan kakak nggak ada yang tahu. Awalnya ibu menangis. Saya bilang, bagaimana pun seorang anak harus minta doa dan restu ke ibu," kenangnya.Perempuan lulusan SMP ini pun lantas mengatakan berniat berhenti menjadi PSK tahun ini. "Saya mau berhenti dan tobat, Bang. Dosa saya banyak. Tahun ini harus berhenti, anak sih mintanya sekarang-sekarang aja," ucapnya sambil menyundut sebatang rokok.
Tatapannya lalu menerawang sambil mengepulkan asap rokok. Hanya satu pikiran yang terucap. "Tuhan mau ampuni gue nggak ya?" ujarnya.Perempuan berkulit putih ini pun lalu larut dalam pikirannya sendiri. Mungkin mencoba mencari pembenaran dalam hidupnya. Persis seperti yang dinyanyikan Titiek Puspa lewat 'Kupu-kupu Malam'. "Yang dia tahu, hanyalah menyambung nyawa..."
http://www.detiknews.com/read/2010/01/20/184832/1282767/159/tuhan-ampuni-gue-nggak-ya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar