Skandal ini terkuak dari keterangan editorial kolom Opini Harian The Jakarta Post pada, 4 Februari lalu. Disebutkan bahwa artikel Banyu Perwita berjudul RI as A New Middle Power, dimuat pada, 12 November 2009, ternyata memiliki kemiripan dengan artikel oleh Carl Ungerer, penulis asal Australia. Tulisan Ungerer berjudul The Middle Power, Concept in Australia Foreign Policy’ dan dimuat di Australian Journal of Politics and History pada 2007. http://www.surya.co.id/2010/02/10/profesor-favorit-jiplak-tulisan.html
Yang mengejutkan, Banyu Perwita diduga bukan hanya sekali melakukan perbuatan tercela ini, melainkan juga empat artikel sekaligus dari enam narasumber internasional. Banyu merupakan salah satu profesor bidang Hubungan Internasional (HI) termuda di Indonesia, yaitu dalam usia 41 tahun, Meletakkan jabatan profesor adalah konsekuensi terberat dari perbuatan Banyu. Selama ini, Banyu dikenal aktif menulis di media nasional.
Mengundurkan diri
Menurut Cecilia, Banyu telah mengajukan pengunduran diri dari jabatan sebagai dosen, terhitung sejak, Senin (8/2). Namun Cecilia menyatakan, yang berhak memberhentikan Banyu adalah yayasan. “Senat akan melakukan rapat lebih lanjut pada Kamis (11/2, Red),” ungkapnya.
Kasus Banyu ini tak urung memukul dosen dan mahasiswa Unpar. Banyu selama ini dikenal sebagai profesor muda yang cerdas, santun, dan ramah dan memiliki karier cemerlang. Ia sempat menduduki jabatan wakil rektor. Di kalangan mahasiswa, kehadirannya selalu dinanti. “Ia adalah salah satu dosen terfavorit,” tutur Reza Ihsan, mahasiswa tingkat III HI Unpar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar